Sabtu, 25 Maret 2017

Keutamaan Membaca Shalawat

Kita senantiasa memanjatkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Rasulullah:

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad Rasulullah

Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيما

Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawat salamlah kepadanya.
(QS Al-Ahzab 33: 56)

Shalawat dari Allah berarti rahmat. Bila shalawat itu dari Malaikat atau manusia maka yang dimaksud adalah doa.

Sementara salam adalah keselamatan dari marabahaya dan kekurangan.

Tidak ada keraguan bahwa membaca shalawat dan salam adalah bagian dari pernghormatan (tahiyyah), maka ketika kita diperintah oleh Allah untuk membaca shalawat -yang artinya mendoakan Nabi Muhammad- maka wajib atas Nabi Muhammad melakukan hal yang sama yaitu mendoakan kepada orang yang membaca shalawat kepadanya. Karena hal ini merupakan ketetapan dari ayat:

فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا

Maka lakukanlah penghormatan dengan penghormatan yang lebih baik atau kembalikanlah penghormatan itu. (QS. An Nisa’: 86)

Doa dari Nabi inilah yang dinamakan dengan syafaat.
Semua ulama telah sepakat bahwa doa nabi itu tidak akan ditolak oleh Allah.

Maka tentunya Allah akan menerima Syafaat beliau kepada setiap orang yang membaca shalawat kepadanya.

Banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan membaca shalawat kepada Nabi. Diantaranya:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْنَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ

Barangsiapa berdoa (menulis) shalawat kepadaku dalam sebuah buku maka para malaikat selalu memohonkan ampun kepada Allah pada orang itu selama namaku masih tertulis dalam buku itu.

مَنْ سَرَّهُ أنْ يُلْقِى اللهَ وَهُوَ عَلَيْهِ رَاضٍ فَلْيُكْثِرْ مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ

Barangsiapa yang ingin merasa bahagia ketika berjumpa dengan Allah dan Allah ridlo kepadanya, maka hendaknya ia banyak membaca shalawat kepadaku (Nabi).

مَا أكْثَرَ مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ فِيْ حَيَاتِهِ أَمَرَ اللهُ جَمِيْعَ مَخْلُوْقَاتِهِ أنْ يَسْتَغْقِرُوا لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ

Barang siapa membaca shalawat kepadaku di waktu hidupnya maka Allah memerintahkan semua makhluk-Nya memohonkan maaf kepadanya setelah wafatnya.

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ ثُمَّ تَقًرَّقُوْا مِنْ غَيْرِ ذِكْرِ اللهِ وَصَلَاةٍ عَلَى النَّبِيِّ إلَّا قَامُوْا عَنْ أنْتَنَ مِنْ حِيْفَةٍ

Mereka yang berkumpul (di suatu majlis) lalu berpisah dengan tanpa dzikir kepada Allah dan membaca shalawat kepada nabi, maka mereka seperti membawa sesuatu yang lebih buruk dari bangkai.

Para ulama sepakat (ittifaq) diperbolehkannya menambahkan lafadz 'sayyidina' yang artinya tuan kita, sebelum lafadz Muhammad.

Namun mengenai yang lebih afdhol antara menambahkan lafadz sayyidina dan tidak menambahkannya para ulama berbeda pendapat.

Syeikh Ibrahim Al-Bajuri dan Syeik Ibnu Abdis Salam lebih memilih bahwa menambahkan lafadz sayyidina itu hukumnya lebih utama, dan beliau menyebutkan bagian ini melakukan adab atau etika kepada Nabi.

Beliau berpijak bahwa melakukan adab itu hukumnya lebih utama dari pada melakukan perintah (muruatul adab afdholu minal imtitsal) dan ada dua hadits yang menguatkan ini.

Yaitu hadits yang menceritakan sahabat Abu Bakar ketika diperintah oleh Rasulullah mengganti tempatnya menjadi imam shalat subuh, dan ia tidak mematuhinya. Abu bakar berkata:

مَا كَانَ لِابْنِ أَبِيْ قُحَافَةَ أَنْ يَتَقَدَّمَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُوْلِ اللهِ

Tidak sepantasnya bagi Abu Quhafah (nama lain dari Abu Bakar) untuk maju di depan Rasulullah.

Yang kedua, yaitu hadits yang menceritakan bahwa sahabat Ali tidak mau menghapus nama Rasulullah dari lembara Perjanjian Hudaibiyah. Setelah hal itu diperintahkan Nabi, Ali berkata

لَا أمْحُو إسْمَكَ أَبَدُا

Saya tidak akan menghapus namamu selamanya.

Kedua hadits ini disebutkan dalam kitab Shahih Bukhori dan Muslim. Taqrir (penetapan) yang dilakukan oleh Nabi pada ketidakpatuhan sahabat Abu Bakar dan ali yang dilakukan karena melakukan adab dan tata krama ini menunjukkan atas keunggulan hal itu.

Wallahua'lam
Waswrwb

〰〰〰
Disampaikan oleh KH Abd. Nashir Fattah
Rais Syuriah PCNU Jombang.

Dihimpun oleh Sholehuddin SH dari pengajian Kitab Qurratul Ain Bimuhimmatid Din di masjid baiturrahman Jlopo Tebel Bareng yang diikuti oleh Pengurus MWCNU dan Ansor Kecamatan Bareng.

Kamis, 16 Maret 2017

Adab Islami Sebelum Tidur

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Adab islami sebelum tidur yang seharusnya tidak ditinggalkan oleh seorang muslim adalah sebagai berikut.

Pertama: Tidurlah dalam keadaan berwudhu.
Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ

“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Kedua: Tidur berbaring pada sisi kanan.

Hal ini berdasarkan hadits di atas. Adapun manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaadul Ma’ad, 1/321-322).

Ketiga: Meniup kedua telapak tangan. 

Tiup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al Ikhlash (qul huwallahu ahad), surat Al Falaq (qul a’udzu bi robbil falaq), dan surat An Naas (qul a’udzu bi robbinnaas), masing-masing sekali. Setelah itu mengusap kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh istrinya ‘Aisyah.

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
 ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ 
وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017). Membaca Al Qur’an sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Keempat: Membaca ayat kursi sebelum tidur

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,

وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ ،
 فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . 
فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ،
 وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ شَيْطَانٌ »

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. 

Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya, walaupun biasanya  dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (HR. Bukhari no. 3275)

Kelima: Membaca do’a 

Membaca do'a sebelum tidur “Bismika allahumma amuutu wa ahyaa”.

Dari Hudzaifah, ia berkata,

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ « بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا
 » . وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ »

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)
Masih ada beberapa dzikir sebelum tidur lainnya yang tidak kami sebutkan dalam tulisan kali ini. Silakan menelaahnya di buku Hisnul Muslim, Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni.

Ke enam: Bacalah Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah sebelum tidur dicntohkan oleh Rosulullah sholallahu 'alaihi wassalam. (HR Bukhari dan Muslim1/554).

Âmanar-rasûlu bimâ unzila ilaihi mir-rabbihi walmu'minûna kullun âmana billâhi wa malâ'ikatihi wa kutubihi wa rusulihi, lâ nufarriqu baina ahadin mir-rusulihi waqâlû sami'nâ wa atha'nâ ghufrânaka rabbanâ wa ilaikal mashîr. Lâ yukallifullâhu nafsan illâ wus'ahâ lahâ mâ kasabat wa'alaiha maktasabat, rabbanâ lâ tu'âkhidznâ in-nasînâ au akhtha'nâ, rabbinâ walâ tahmil 'alainâ ishran kamâ hamaltahu 'alal-ladzîna min qablinâ rabbanâ wa lâ tuhammilnâ mâlâ thâqata lanâ bihi wa'fu 'annâ waghfirlanâ warhamnâ anta maulânâ fanshurnâ 'alal-qaumil kâfirîn.

"Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), 'Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,' dan mereka mengatakan "Kami dengar dan kami taat'. (Mereka berdoa), 'Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.' Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. 

Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): 'Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.'" (Q.S. Al-Baqarah [2]: 285-286)

Ke Tujuh: Sebisa mungkin membiasakan tidur di awal malam (tidak sering begadang) jika tidak ada kepentingan yang bermanfaat.

Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)

Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah)

Semoga kajian kita kali ini bisa kita amalkan. Hanya Allah yang beri taufik.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Mari kita shodaqoh ilmu yg bermanfaat, walau hanya sedikit..Semoga Allah Subhanahu wata’alla ridha dan berkenan mengaruniakan pahala.
Aamiin ya robbal'alamiin

Sabtu, 04 Maret 2017

Sahabat Akhirat dan Dunia


Assalaamualaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuuh.
بِسْــــــــمِ اللَّــہ الرَّحْمَــــــانِ الرَّحِيـــــــم

Bismillahir Rahmanir Rahim

Oleh Arifin Ilham*.

Ada dua macam sahabat, yaitu sahabat akhirat dan sahabat dunia. Kedua kelompok sahabat tersebut mempunyai ciri-ciri yang sangat bertolak belakang.

Ada 12 perbedaan sahabat akhirat dan sahabat dunia,” kata Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustadz *Muhammad Arifin Ilham* Beliau menyebutkan :

Ciri pertama sahabat akhirat sangat mencintai sahabatnya karena Allah. “Sedangkan sahabat dunia dekat denganmu karena dunia, kekayaanmu, popularitasmu atau jabatanmu.”

Ciri *kedua* sahabat akhirat senang menasehati dalam taat, sedangkan sahabat dunia senang menasehati tentang dunia.

“Ciri *ketiga*, sahabat akhirat diam-diam senang mendoakanmu, sedangkan sahabat dunia asyik hanya pada dirinya,”

Ciri *keempat* sahabat akhirat tidak akan membiarkan sahabatnya susah, sakit bahkan celaka. Sedangkan sahabat dunia cuek bahkan bisa mencelakan sahabatnya.

“Ciri *kelima* sahabat akhirat merasakan kesusahanmu, sedangkan sahabat dunia tidak peduli.

Ciri *keenam* sahabat akhirat membantumu bila kamu dalam kesulitan, sedangkan sahabat dunia lebih banyak membuat masalah dalam hidupmu,”

Ciri *ketujuh*, kata Arifin, sahabat akhirat tulus, senang, bahagia, apa adanya bersikap di hadapan sahabatnya. “Sedangkan sahabat dunia penuh kepura-puraan, hanya karena ada maunya dekat padamu.

Ciri *kedelapan*, sahabat akhirat mudah memaafkanmu karena cintanya padamu, sedangkan sahabat dunia cepat menjauhimu dan membencimu,”

Ciri *kesembilan*, sahabat akhirat akan menutupi aib sahabatnya, sedangkan sahabat dunia menyebarkan aib sahabatnya.

Ciri *kesepuluh* “Sahabat akhirat senang bersyukur kalau kamu meraih sukses. Sedangkan sahabat dunia tidak sesenang kamu, karena ada dengki,”

Ciri *kesebelas* Sahabat akhirat tetap menjadi sahabat saat orang tersebut jatuh. Sedangkan sahabat dunia segera meninggalkan orang tersebut.

“Ciri *kedua belas*, sahabat akhirat yang mencintaimu karena Allah, ia juga akan menjadi sahabatmu di surga. Sedangkan sahabat dunia hanya sebatas di dunia,”

Semoga bermanfaat. Selamat untuk tetap mendirikan shalat subuh berjamaah...

Kamis, 02 Maret 2017

Kode dari "Boss Besar"

Kata Ustad Felix Siauw, mengapa kita ini sudah dikasih kode, tapi kok engga peka......

Kode apa sih?

Jadi gini, pernah gak lagi enak-enaknya tidur, eh tiba-tiba banyak nyamuk yang menggigit kita, akhirnya terbangun dari tidur. Lihat jam ternyata jam 02.00
Lalu ambil obat nyamuk, terus tidur lagi

Setengah jam kemudian terbangun lagi karena kebelet buang air kecil. Setelah buang air, lihat jam ternyata masih jam 02.30 Ya udah deh, tidur lagi.

Lalu Udara dingin banget, bangun terus ambil selimut. Ternyata masih jam 03.00, Pasang selimut terus tidur lagi, dengan kehangatan selimut.

"AAAAHHHH..!!!! TIDAAAKK..!!!"
Terbangun...
Huft.. Ternyata barusan mimpi buruk. Lihat jam masih jam 03.30
"Tidur lagi ah, lumayan  shubuh masih lama nih"

Nah justru, sering kali kita tidak peka terhadap hal seperti itu, tidakkah kita menyadari atau merasa bahwa itu adalah kode dari Allah bahwa Allah sedang kangen sama kita?

Sesungguhnya, Allah menghendaki kita sholat malam, ingin mendengar doa - doa kita dan curahan hati kita. Sejatinya, Allah tengah merindukan kita

Mengapa harus peka?

Di sepertiga malam Allah turun dari 'Arsy menuju langit bumi.
Allah datang, eh kita malah tidur..

Katanya pengen hidup berubah, sukses, pengen meng-hajikan orang tua, pengen punya rumah, pengen punya mobil dan motor,...

Ketika manusia memberi kode kepada orang lain, terus orang tersebut nggak peka, pasti sakit hatikan ??
Terus bilang deh, "Kenapa sih kamu enggak peka sama aku?

Coba bayangkan sudah berapa kali kita abaikan kode - kode dari Allah??

Nanti malam kalau dapat kode dari Allah, peka yaaa...

Terus curhat deh pengen apa aja...

Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga gak apa apa..

Rasulallah SAW bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)

Silahkan bagikan pesan ini agar kamu dan teman-temanmu senantiasa istiqomah dan bisa meningkatkan ketakwaannya kepada ALLAH SWT.

Ya ALLAH...
✔ Muliakanlah orang yang membaca dan membagikan status ini
✔ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
✔ Lapangkanlah hatinya
✔ Bahagiakanlah keluarganya
✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
✔ Mudahkan segala urusannya
✔ Kabulkan cita-citanya
✔ Jauhkan dari segala Musibah
✔ Jauhkan dari segala Penyakit,Fitnah,Prasangka Keji,Berkata Kasar dan Mungkar.

Aamiin ya Rabbal'alamin

Rabu, 01 Maret 2017

Sombong kah Aku?

Ada suatu kisah seorang santri yg menuntut ilmu pada seorang Kyai.

Bertahun-tahun telah ia lewati hingga sampai pada suatu ujian terakhir. Ia menghadap Kyai untuk ujian tersebut.

“Hai Abdullah, kau telah menempuh semua tahapan belajar dan tinggal satu ujian, kalau kamu bisa menjawab berarti kamu lulus “, kata Kyai.

“Baik Kyai, apa pertanyaannya ?” jawab si santri.

“Kamu cari orang atau mahkluk yang lebih jelek dari kamu, akan aku beri waktu selama tiga hari “, terang Kyai.

Akhirnya santri tersebut meninggalkan pondok untuk melaksanakan tugas dan mencari jawaban atas pertanyaan Kyai-nya.

*Hari pertama,* sang santri bertemu dengan si Fulan pemabuk berat yg dapat di katakan hampir tiap hari mabuk-mabukan.

Santri berkata dalam hati, ”Inilah orang yang lebih jelek dari saya. Aku telah beribadah puluhan tahun sedang dia mabuk-mabukan terus “.

Tetapi sesampai ia di rumah, timbul pikirannya. “Belum tentu, sekarang Fulan mabuk-mabukan siapa tahu pada akhir hayatnya Allah memberi Hidayah (petunjuk) dan dia husnul Khotimah dan aku sekarang baik banyak ibadah tetapi pada akhir hayat di kehendaki Suul Khotimah, bagaimana ? Dia belum tentu lebih jelek dari saya.

*Hari kedua,* santri jalan keluar rumah dan ketemu dengan seekor anjing yg menjijikan rupanya, sudah bulunya kusut, kudisan dsb.

Santri bergumam, ”Ketemu sekarang yg lebih jelek dari aku. Anjing ini sudah haram dimakan, kudisan, jelek lagi ”.

Santri gembira karena telah dapat jawaban atas pertanyaan gurunya.

Waktu akan tidur sehabis ‘Isya, dia merenung, “Anjing itu kalau mati, habis perkara dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas perbuatannya oleh Allah, sedangkan aku akan dimintai pertanggung jawaban yg sangat berat yg kalau aku berbuat banyak dosa akan masuk neraka aku.“

Aku tidak lebih baik dari anjing itu.

*Hari ketiga,* akhirnya santri menghadap Kyai. Kyai bertanya, “Sudah dapat jawabannya muridku ?”

“Sudah guru”, santri menjawab.

”Ternyata orang yang paling jelek adalah saya Kyai”, lanjutnya.

Sang Kyai tersenyum, “Kamu aku nyatakan lulus”.

Pelajaran yg dapat kita petik adalah:

✔Selama kita masih sama-sama hidup kita tidak boleh sombong/merasa lebih baik dari orang/mahkluk lain.

✔Yang berhak sombong adalah Allah SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti.

✔Dengan demikian maka kita akan belajar berprasangka baik kepada orang/mahkluk lain yg sama-sama ciptaan Allah.

Demikian, semoga tulisan ini dapat menginspirasi...

Ust. Roni: "Ada Apa Negeri Berkekayaan Alam Melimpah Ruah, tapi Kesulitan Ekonomi Kian Menggurita."

Ketua DKM Al-Muhajirin yang baru: Ir. A. Hasan Munawar Catatan Redaksi: Pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1445 H di Masjid Al-Muhajirin RW-10 An...