Minggu, 06 Oktober 2019

Merencanakan Husnul Khotimah

Bahagia di usia senja dan berakhir dengan husnul khotimah? Wow, siapa yang tidak mau?

Semua orang, tentu saja  ingin mendapatkannya bukan? Masa tua yang tenang, indah dan bahagia. Lalu diwafatkan dalam keadaan husnul khotimah. Betapa bahagianya... 

Namun sesungguhnya seperti apa bahagia itu? Apakah karena memiliki harta yang melimpah? 

Oh, ternyata tidak demikian. Tak sedikit orang yang memliki harta melimpah hidupnya resah, gelisah, hatinya kering kerontang, jauh dari rasa tenteram dan bahagia.

Sadarlah kita bahwa bahagia itu ternyata letaknya di hati bukan di harta. Hati yang lembut, hati yang sabar penuh syukur, bahkan hati yang selalu berdzikir mengingat Allah itulah rupanya  sumber kebahagian hidup.

Ada pepatah Bahasa Arab yang mengatakan: "Bunga yang indah tidak akan tumbuh di batu yang keras". Nah, apalagi ini?

Ternyata bunga yang indah hanya akan tumbuh dan berkembang di tanah yang subur dan baik. Begitu pula kebahagian, tidak akan tumbuh di hati yang lalai, kasar, resah, amarah, keras membatu.

Ada kisah yang menarik,  dalam hadist  Ibnu Majah No.3810.

Seorang shohabiyah bernama Umu Hani, nama aslinya Fakhitah binti Abi Tholib binti Abdil Mutholib.

Ia datang kepada Rasulullah seraya bertanya:

"Ya Rosululloh, tunjukan kepadaku satu amalan, sesungguhnya diriku telah menginjak usia senja, tua, dan badanku sudah mulai lemah.

Lalu Rasulullah SAW,bersabda:

"Bertakbirlah 100 kali, bertahmidlah 100 kali , bertasbihlah 100 kali. Sesungguhnya pahala dari kalimat tersebut lebih baik dibandingkan dengan mempersiapkan 100 kuda pilihan untuk jihad fi sabililah, lebih baik dibandingkan dengan menyembelih 100 ekor unta lalu dibagikan dagingnya kepada fakir miskin, lebih baik dibandingkan membebaskan 100 budak.

Masya Allah. Membaca hadits ini, membuat pembaca yang sudah lanjut usia mestinya tersadar dengan terus menanamkan semangat dalam beribadah kepada Alloh SWT.

Bagaimana mencanakan agar Husnul Khotimah*

Berikut beberapa cara untuk  merencanakan husnul khotimah?

1. Membiasakan melakukan ketaatan.

Agar wafat dalam ketaatan kepada Allah, misalnya, meninggal saat sujud dalam sholat, meninggal saat umroh atau haji, menuntut ilmu, zikir dan ketaatan-ketaatan lainya.

2. Membayangkan beratnya kematian atau beratnya sakratul maut.

Sakratul maut bagai distusuk seratus pedang atau dirasakan seperti kambing yang dikuliti hidup-hidup. (hadits shahih Muslim)

3.Membayangkan mati sebelum mati.

Cara ini banyak di lakukan para ulama terdahulu.

4. Memohon kepada Alloh dengan doa-doa agar meninggal dunia dalam keadaan istiqomah dan husnul khotimah sampai akhir hayat.

5. Bergaul dengan orang-orang soleh, karena akhlak seseorang itu terbentuk dengan siapa dia berkawan.

6. Meminta taufiq dan hidayah kepada Alloh SWT melalui doa-doa.

7. Menjauhi kebiasaan buruk dan menghindarkan diri dari larangan.

8. Melazimkan zikir pagi dan petang, jangan tinggalkan juga sayyidul istighfar.

9. Membiasakan berwudhu dan shalat witir sebelum tidur.
Agar saat nyawa kita diambil, kita dalam keadaan suci karena sangat terjaga wudhunya.

10. Buang jauh-jauh sifat mudah marah. Sesungguhnya orang hebat itu bukan menang berkelahi dengan lawan-lawannya, namun karena kemampuan menahan amarahnya.

Pesan Nabi:
"La taghdob walakal jannah"
(Jangan marah dan untukmu adalah surga!)
Mudah-marah juga menunjukkan rendahnya kualitas kita.
Penelitian terkini, _mudah marah membuat pembuluh darah mudah pecah dan cepat membawa pada kematian.

Akhirnya, semoga kita semua diwafatkan Allah SWT dalam keadaan husnul khotimah.*
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
Barakallaahu lanaa walakum....
(Sumber WAG Almuhajirin Ankid)

Ust. Roni: "Ada Apa Negeri Berkekayaan Alam Melimpah Ruah, tapi Kesulitan Ekonomi Kian Menggurita."

Ketua DKM Al-Muhajirin yang baru: Ir. A. Hasan Munawar Catatan Redaksi: Pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1445 H di Masjid Al-Muhajirin RW-10 An...