Minggu, 20 September 2020

12 tipe hati yang sakit menurut Alquran

Setelah sebelumnya kita membahas hati yang sehat menurut Al-Qur’an. Kali ini kita akan menyebutkan 12 tipe hati yang sakit. Apa saja hati yang sakit menurut Al-Qur’an?

1. Hati yang Berpenyakit

Yaitu hati yang tertimpa penyakit seperti keraguan, kemunafikan dan suka memuaskan syahwat dengan cara yang haram.

فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ

“Sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (QS.al-Ahzab:32)

2. Hati yang buta

Yaitu hati yang tidak dapat melihat dan menemukan kebenaran.

فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS.al-Hajj:46)

3. Hati yang alpa

Yaitu hati yang lalai dari Al-Qur’an. Karena terlalu disibukkan dengan hal-hal duniawi dan syahwat yang menyesatkan.

لَاهِيَةً قُلُوبُهُم

“Hati mereka dalam keadaan lalai.” (QS.al-Anbiya’:3)

4. Hati yang berdosa

Yaitu hati yang menutupi kesaksian atas sebuah kebenaran.

وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُه

“Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan kesaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya.” (QS.al-Baqarah:283)

5. Hati yang sombong

Yaitu hati yang congkak dan enggan mengakui Ke-Esaan Allah. Ia semena-mena melakukan kedzaliman dan permusuhan.

كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ

“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.” (QS.Ghafir:35)

6. Hati yang kasar

Yaitu hati yang tidak memiliki kasih sayang dan belas kasihan.

وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِك

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS.Ali Imran:159)

7. Hati yang terkunci

Yaitu hati yang tidak mau mendengarkan hidayah dan enggan merenungkannya.

وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِه

“Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya.” (QS.al-Jatsiyah:23)

8. Hati yang keras

Yaitu hati yang tidak dapat diluluhkan oleh keimanan. Tak dapat terpengaruh oleh nasehat dan peringatan. Dan ia berpaling dari mengingat Allah.

وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً

“Dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.” (QS.al-Ma’idah:13)

9. Hati yang lalai

Yaitu hati yang menolak untuk mengingat Allah dan mendahulukan hawa nafsu dibanding ketaatan kepada-Nya.

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami.” (QS.al-Kahfi:38)

10. Hati yang tertutup

Yaitu hati yang tertutup rapat sehingga tidak dapat ditembus oleh ayat-ayat Allah dan sabda-sabda Nabi.

وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ

Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup”. (QS.al-Baqarah:88)

11. Hati yang jauh (dari kebenaran)

Yaitu hati yang melenceng jauh dari cahaya kebenaran.

فأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ

“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan.” (QS.Ali Imran:7)

12. Hati yang ragu

Yaitu hati yang selalu diombang-ambingkan oleh keraguan.

انَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُون

Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. (QS.at-Taubah:45)

Inilah 12 tipe hati yang sakit menurut Al-Qur’an. Semoga hati kita terhindar dari 12 tipe ini. Karena itu perbanyaklah berdoa,

يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبُ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

Duhai yang membolak-balikkan hati...Tetapkan hati kami diatas agama-Mu…
(Khasanahalquran.com)

Siapa Makhluk Paling Bahagia? Siapa Paling Sengsara

Serial Mutiara Al-Qur'an (65)
Oleh: KH. E. Sunidja

Untuk menjawab pertanyaan, siapakah makhluk yang paling bahagia, pasti kita masih berpikir dan mencari siapa yang pantas menjadi makhluk yang paling bahagia.

Begitu juga, jika kita ditanya, siapa makhluk yang paling sengsara di alam ini, pasti kita juga masih akan mengira-ngira, siapa makhluk itu.

Pendapat orang berbeda-beda mengenai kebahagiaan dan kesengsaraan. Tolak ukurnya pun masih tak jelas. Ada yang berpikir bahwa kebahagiaan itu kalau memiliki harta yang banyak, kedudukan yang tinggi, kekuasaan yang luas dan lain sebagainya.

Alhasil jika kita bertanya, apa itu bahagia? pasti akan kita temukan jawaban yang bermacam-macam.

Akan tetapi, jika kita ingin merujuk pada Al-Qur’an maka tolak ukur kebahagiaan adalah seberapa besar seseorang dapat menyerap rahmat Allah swt. Semakin banyak rahmat Allah Swt yang didapat maka ia akan semakin bahagia. Semakin jauh dari rahmat Allah, maka hidupnya akan semakin sengsara.

.Jadi, jika kita bertanya kepada Al-Qur’an siapakah makhluk paling bahagia? Maka jawabannya adalah Nabi Muhammad saw. Karena beliau adalah wujud rahmat itu sendiri. Rahmat Allah yang paling sempurna bagi seluruh alam.

مَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan Kami tidak Mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS.Al-Anbiya’:107)

Dan jika kita bertanya siapakah makhluk yang paling sengsara?Maka jawabannya adalah makhluk yang telah diusir dari rahmat Allah swt. Siapa lagi kalau bukan Iblis yang terkutuk.

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ
وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّين

“Dia (Allah) Berfirman, “(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu hingga hari kiamat ” (QS.Al-Hijr:34)

Sekarang kita sudah tau siapa makhluk yang paling berbahagia dan paling sengsara. Lalu pilihan ada ditangan kita, jika ingin bahagia maka dekati dan ikutilah makhluk yang paling bahagia yaitu Rasulullah Muhammad Saw yang menjadi rahmat semesta alam.

Tetapi hati-hati, jika kita masih dekat dan mengikuti rayuan makhluk yang paling sengsara, yaitu iblis, maka bersiaplah untuk merasakan kesengsaraan demi kesengsaraan.

Semoga kita tidak pernah jauh dari baginda Rasulullah saw. Dan senantiasa mencintainya sehingga kita termasuk yang dicintainya untuk memperoleh Rahmat Allah, meraih kebahagiaan dunia akhirat.

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.

Semoga Bermanfaat 

Jumat, 18 September 2020

Khotbah Jum'at Masjid Al-Muhajirin: "Muhasabah Umur"

Catatan Redaksi: Pelaksanaan Shalat Jum'at tanggal 18 September 2020 di Masjid Al-Muhajirin RW-10 Antapani Kidul, tetap mengedepankan Protokol Kesehatan. Selain menjaga jarak antar jamaah, juga setiap jamaah diharuskan memakai masker dan membaawa sajadah sendiri. Demikain halnya jamaah yang masuk ke dalam masjid terlebih dahulu dilakukan pengukuran suhu tubuh dan pemberian cairan sanitizer. 

Kali ini yang bertindak sebagai Imam dan Khatib, Ust. Mukhlis Effendi, dalam kapasitas beliau sebagai Penasihat DKM Al-Muhajirin Antapani Kidul. Berikut khotbah yang disampaikan. Semoga bermanfaat.

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  أَمَّا بَعْدُ

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا ۚ

 وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ ۚ وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَابٍ ۚ

  (q.s fatir ; 11) إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

 Seraya memanjatkan puji ke khadirat illahi rabbi, dzat yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, yang tidak henti hentinya menganugerahkan rahmat dan karunianya kepada kita sekalian. Kita rasanya tidak akan habis-habisnya untuk terus bersyukur kepada Allah atas berbagai karunia dan nikmat yang telah dilimpahkanNya kepada kita, sehingga kita masih bisa bertahan menjaga keimanan dan keislaman sebagai nikmat yang paling besar. Kita pun hingga saat ini masih diberi kesempatan dan kekuatan, kemampuan dan kemauan yang didasari oleh keimanan kepada Allah Subhanahu Wata'ala untuk melaksanakan salah satu kewajiban kita sebagai makhluknya, yaitu melaksanakan ibadah Shalat Jum’at,

Dari mimbar ini saya mengingatkan diri saya pribadi khususnya dan umumnya kepada jamaah sekalian untuk selalu menjaga, mempertahankan dan terus meningkatkan nilai nilai keimanan dan ketaqwaan kita, karena dengan taqwalah kita bisa selamat di hari pengadilan  yang maha adil, Disaat dimana harta dan anak-anak tidak berguna lagi. Disaat dimana bapak tidak bisa menolong anaknya dan anak tidak bisa pula menolong bapaknya sedikitpun. Besar harapan kita semua, semoga seluruh kehidupan kita betul-betul ada dalam naungan dan ridho Alloh swt. Dengan bertambahnya usia kita mudah mudahan sejalan dengan bertambahnya ilmu dan meningkatnya keimanan kita. Pada gilirannya bertambah pula amal shaleh kita serta meningkatnya kualitas ketaqwaan kita kepada Allah swt.

Hadirin….

Kita sekarang berada di akhir bulan muharam bulan pertama di tahun 1442 H, dimana bulan dan tahun adalah  merupakan ukuran bilangan dalam perhitungan waktu, sehingga dengan bulan dan tahun kita dapat mengetahui perjalanan waktu. Oleh karena itu waktu menjadi suatu dimensi yang penting dalam kehidupan kita. Dengan waktu kita bisa mengukur masa suatu zaman, dengan waktu kita bisa merencanakan suatu kegiatan yang akan kita lakukan. Selain itu waktu juga bisa mengakibatkan berubahnya suatu ketentuan peraturan atau hukum tertentu. 

Dalam konteks pelaksanaan ibadah yang merupakan tugas kita hidup di dunia, waktu juga yang menentukan kapan kita harus boleh, dan kapan kita dilarang atau tidak boleh melakukan suatu peribatan. Kita tentu tidak shalat shubuh diwaktu ashar atau sebaliknya. Kita tidak boleh makan minum di bulan ramadhan manakala waktu shubuh tiba. Kita tidak menunaikan ibadah haji diluar bulan bulan yang ditentukan. Dan banyak lagi ibadah-ibadah yang kita lakukan yang harus sesuai dengan waktunya.    Demikianlah bagaimana pentingnya dimensi waktu dalam kehidupan manusia apalagi bagi kita sebagai seorang muslim, sehingga Alloh swt mengingatkan kita dalam salah satu firmannya yaitu dalam Al qur’an surat Al-Asr yang diawali dengan kata ..

وَالۡعَصۡرِۙ

(Demi masa)

Salah satu yang terkait dengan waktu adalah umur…umur hidup kita didunia dihitung berdasarkan waktu yang dimulai sejak kita dilahirkan oleh ibu kita…malah sejak ditiupkannya ruh kepada janin ketika kita masih ada dalam rahim ibu kita, maka sejak saat itulah perhitungan umur mulai berjalan sehingga kita semua masing masing sampai saat ini memiliki hitungan berapa umur kita…kita yang hadir sekarang ini tentunya memiliki umur yang beragam…dari umur yang relatif muda sampai umur yang sudah relatif tua.   

Hadirin…

Berapa umur masing masing kita sekarang?...

Kita pasti tahu berapa umur kita…namun yang pasti juga kita semua tidak tahu kapan umur kita akan berakhir, mungkin 1 jam lagi,,,1 hari lagi..1 bulan lagi atau beberapa tahun lagi…Tidak ada seorangpun diantara kita yang mengetahuinya…karena hanya alloh lah yang mengetahui dan menetapkan batas umur kita, sebagaimana firmannya :

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا ۚ

 وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ ۚ وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَابٍ ۚ

  (q.s fatir ; 11) إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (lauh mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi allah adalah mudah.  (q.s fatir ; 11)

Jadi kita semua sudah memiliki akhir umur masing masing, namun kita tidak tahu kapan batas umur kita, walaupun secara rata rata umur umat nabi muhammad berkisar antara 60-70 tahun sebagaimana sabdanya yang artinya 

Dari Abu Huraerah, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: umur umatku antara 60 hingga 70, dan sedikit dari mereka yang melebihi itu (HR Ibnu Majah dan Attirmidzi)

Hadirin…..

Lalu bagaimana kita harus menyikapi umur kita? Apakah kita melihat umur hanyalah sebagai simbol matematik atau simbol simbol angka saja sehingga kita hanya memperhatikan berapa jumlah usia kita. Atau kita hanya memandang umur hanya sebagai hitungan masa hidup kita didunia tanpa makna, sehingga kita tidak menghiraukan apa yang telah kita lakukan selama umur kita…

Bagi kita yang mengaku muslim yang mu’min tentunya umur tidak hanya sebatas deretan angka tanpa makna. Umur bukan hanya sebatas hitungan masa yang tidak kita perhatikan dan kita abaikan berlalu begitu saja..tapi bagi kita umur harus diperhatikan, karena umur harus dipertanggungjawabkan kelak dihadapan pengadilan yang maha adil di akhirat nanti. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya : 

Dari Abi Barzah Al Aslami berkata, bersabda rasulullah saw: tidak akan melangkah kaki seseorang pada hari kiamat hingga ia ditanya: umurnya habis dipakai apa; tentang ilmunya sejauhmana pengamalannya; tentang hartanya darimana didapatnya dan dimana dibelanjakannya; dan tentang jasadnya dipakai apa sampai rusak (HR At Tirmidzi dan Ad Darini)

Berdasarkan hadist tadi jelas bagi kita yang mengaku muslim, umur bukan hanya deretan angka tanpa makna; 

Tapi umur harus kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah swt….lalu bagaimana kita mensikapi umur kita, maka dalam lanjutan surat al asr ditegaskan….

Sungguh manusia berada dalam kerugian kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan….

Oleh karena itu agar pertangungjawaban umur kita  “diterima” oleh Allah swt maka pergunakanlah/isilah umur kita   semaksimal mungkin dengan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan keimanan kita serta lakukanlah sebanyak banyaknya amal shaleh/kebajikan, karena sebaik baiknya manusia dihadapan Allah adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya sebagiamana sabda rasulullah saw dalam salah satu hadistnya yang artinya :

Dari Abdullah bin Busr ra, bahwa ada seorang arab baduy berkata kepada Rasulullah saw; wahai Rasulullah, siapakah sebaik baik manusia? Baginda menjawab: “orang yang paling panjang umurnya dan baik amalannya (HR Tirmidzi, Ahmad).

Orang yang baik amalnya tentu orang yang dalam hidupnya senantiasa mengisinya dengan berbagai amal kebajikan baik amal yang terkait langsung dengan alloh swt yaitu melakukan segala apa yang diperintahnya, maupun amal kebaikan kepada sesama manusia atau makhluk lainnya…berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, anak anak yatim, orang miskin adalah kebajikan dan banyak lagi berbagai amal kebajikan yang bisa kita lakukan termasuk bagaimana kita memperlakukan binatang maupun tumbuh tumbuhan yang juga merupakan makhluk Allah..

Hadirin…

Agar amal kita bernilai ibadah yang mendapat balasan pahala dari Allah swt, maka lakukanlah berbagai amal tadi dengan ikhlas semat mengharap ridla Allah swt,…..hindari beramal karena ingin dilihat orang…hindari beramal karena ingin didengar orang…hindari beramal karena ingin dipuji orang. Selain itu tentunya agar amal kita diterima Allah swt, lakukanlah amal sesuai dengan ketentuan alloh swt dengan mengikuti apa apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. ..tanpa dua syarat tadi , yaitu ikhlas dan sesuai sunnah Rasulullah saw, amal kita akan tertolak oleh alloh swt, dan yang lebih celaka lagi tidak hanya tertolak, tetapi diancam dengan siksa api neraka.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ,

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ,

وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah 2

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ

Hadirin….

Lalu kapan kita harus mulai beramal..lakukan amal kebajikan dikesempatan pertama sebelum ajal mendekat dan maut menjemput…bagi yang masih muda lakukan berbagai amal kebajikan mulai sekarang selagi masih muda, karena usia muda memiliki potensi yang lebih baik dibanding usia tua, sebagaimana rasulullah saw memperingatkan kita untuk memperhatikan lima perkara sebelum datang lima perkara,..yang salah satunya adalah perhatikan masa muda sebelum datang masa tua….

Selain itu bagi yang usia muda jangan terlena dengan usia mudanya, karena syarat meninggal dunia tidak harus tua…setiap kita, tua ataupun muda, setiap saat bisa sampai kepada akhir hidup di dunia ini…bagi yang usia tua walaupun potensi secara fisik sudah berkurang, tentunya jangan berputus asa, malah sebaliknya harus lebih intensip melakukan berbagai amal kebajikan sesuai kemampuan, karena secara teoritis semakin tua semakin dekat ajal menyapa…gunakanlah kesempatan dengan sebaik baiknya, jangan sampai kita menyesal sebagaimana berbagai penyesalan yang digambarkan oleh Allah swt dalam Alqur’an, antara lain dalam surat Al Munaafiquun ayat 10 : 

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "ya tuhanku, sekiranya engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih."

Itulah gambaran penyesalan yang tidak berguna, karena ketika ajal tiba tidak bisa ditunda sesaat pun.

Penyesalan lainnya sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam Surat Fatir 37, yang artinya :

Mereka berteriak dalam neraka itu, “ya tuhan kami, keluarkan kami dari neraka, pasti kami akan mengerjakan kebajikan yang berlainan dengan perbuatan kami dulu, “dikatakan kepada mereka, “bukankah kami telah memanjangkan umurmu agar dapat berfikir bagi orang yang mau berfikir, padahal telah datang pemberi peringatan kepadamu? Maka rasakanlah adzab kami, tidak ada seorangpun penolong bagi orang orang dzalim.

Hadirin…

Semoga  kita tetap semangat untuk mengisi sisa usia kita dengan melakukan berbagai amal kebajikan, agar kita dimudahkan dalam mempertanggungjawabkan hidup kita ini, khususnya  pertanggungjawaban umur kita pada saat hari hisab nanti

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

للّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الاَحْيِاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وِ يَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ ٱلْوَهَّابُرَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعينسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَوَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

اَللَّهُـمَّ إِنيِّ أَعوُذُ بِكَ مِنْ عَذاَبِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذاَبِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْـنَةِ الْمَحْياَ وَالْمَماَتِ وَمِنْ فِتْـنَةِ الْمَسيِحِ الدَّجاَّلِ

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ

وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Jumat, 04 September 2020

Muharram dan Hijrah

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah. Bulan ini termasuk salah satu dari empat bulan haram (suci), sebagai mana yang difirmankan oleh Allah:

"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram". (At-Taubah: 36).

Semua ahli tafsir sepakat bahwa empat bulan yang tersebut dalam ayat di atas adalah Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab.

Ketika haji wada’ Rasulallah bersabda:

Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi SAW bersabda: “Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

Dalam hadist di atas Nabi Saw hanya menyebut nama empat bulan, dan ini bukan berarti selain dari nama bulan yang disebut di atas tidak suci, karena bulan Ramadhan tidak disebutkan dalam hadist diatas. Dan kita semua tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kesucian, ada Lailatul Qadar, juga dinamakan dengan bulan rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka.

Ibnu Rajab al-Hambali ( 736 – 795 H ) mengatakan, Muharam disebut dengan syahrullah (bulan Allah) karena memiliki dua hikmah. Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharam. Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah Swt dalam mensucikankan bulan Muharam.

Setiap memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. Kita seharus merenung kembali hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah. Tahun hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama 'Tahun Muhammad' atau 'Tahun Umar'. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).

Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura, yang mengandung unsur pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami (dewa matahari) yang diproklamasikan berlakunya untuk mengabadikan kaisar pertama yang dianggap keturunan Dewa Matahari, yakni Jimmu Tenno (naik tahta tanggal 11 pebruari 660 M yang dijadikan awal perhitungan Tahun Samura) Atau penangalan Tahun Saka bagi suku Jawa yang berasal dari Raja Aji Saka.

Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar. Seandainya ia berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan Tahun Umar sangatlah mudah baginya melakukan itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.

Ia malah menjadikan penanggalan itu sebagai zaman baru pengembangan Islam, karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya bagi agama dan umat Islam. Selain Umar, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib. Beliaulah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).

Dalam sejarah hijrah nabi dari Makkah ke madinah terlihat jalinan ukhuwah kaum Ansor dan Muhajirin yang melahirkan integrasi umat Islam yang sangat kokoh. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya dan disegani. Bisa dimengerti, jika umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi umat yang tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat jalinan ukhuwah Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.

Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Hadis Rasulullah yang sangat populer menyatakan, ''Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung”.

Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka.'' Oleh karena itu, sesuai dengan firman Allah:

'Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat) dan bertakwalah, sesungguhnya Allah maha tahu dengan apa yang kamu perbuatkan''. (QS. Al-Hasyar: 18).


Hijrah berarti berpindah atau meninggalkan. Dalam makna ini, hijrah memiliki dua bentuk. Hijrah Makaniyah dan Hijrah Ma’nawiyah. Hijrah makaniyah adalah berpindah secara fisik, dari satu tempat ke tempat lain. Kebanyakan ayat-ayat tentang hijrah bermakna Makaniyah.
“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka terbunuh atau mati, sudah tentu Allah akan mengaruniakan kepada mereka limpah kurnia yang baik. Dan (ingatlah) sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi limpah kurnia.” (QS: Al-Hajj:58).

Sedangkan hijrah secara ma’nawiyah ditegaskan dalam firman Allah swt. “Dan berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku senantiasa berhijrah kepada Tuhanku; sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS: Al-Ankabut:26). “Dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” (QS: Al-Muddatsir:5).

Bentuk-bentuk hijrah maknawiyah di antaranya meninggalkan kekufuran menuju keimanan. Meninggalkan syirik menuju tauhid (hanya mengesakan Allah). Meninggalkan kebiasaan mengingkari nikmat-nikmat Allah menjadi pandai bersyukur. Berpindah dari kehidupan jahiliyah kearah kehidupan Islami. Berpindah dari sifat-sifat munafik, plin-plan, menjadi istiqamah. 

Hijrah juga berarti berkomitmen kuat pada nilai kebenaran dan meninggalkan kebatilan. Meninggalkan perbuatan, makanan dan pakaian yang haram menjadi hidup halalan thayyiba. Meninggalkan maksiat menuju taat hanya kepada Allah swt. Tinggalkan kedengkian, tinggalkan korupsi, saling menjatuhkan sesama orang beriman, saling menghujat, tinggalkan kesia-siaan, tinggalkan kebiasaan hidup menjadi beban, dan tinggalkan kebohongan.
Sehingga kata kunci dari hijrah adalah perubahan. Perubahan menuju lebih baik, dalam segala hal. 

Perubahan itu dilakukan semata-mata karena kebaikan, karena manfaat dan karena mencari ridha Allah swt. Rasulullah saw. bersabda yang diriwayatkan Imam Bukhari: “Barangsiapa yang berhijrah untuk Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang berhijrah untuk dunia (untuk memperoleh keuntungan duniawi) dan untuk menikahi wanita maka hijrah itu untuk apa yang diniatkan nya.”

Hijrah adalah keniscayaan. Allah swt. membangun sistem di alam ini berdasarkan gerak. Planet bergerak, berjalan pada porosnya. Allah berfirman: ”Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin: 38). Imam Syafii’i menggambarkan dalam sya’irnya yang sangat indah bahwa air yang tergenang akan busuk dan air yang mengalir akan bening dan jernih. Seandainya matahari berhenti di ufuk timur terus menerus, niscaya manusia akan bosan dan stres.

Benar, hijrah sebuah keniscayaan. Karena dalam diam tersimpan segala macam keburukan. Mobil yang didiamkan berhari-hari akan karat dan hancur. Jasad yang didudukkan terus menerus akan mengidap banyak penyakit. Itulah rahasia mengapa harus olah raga. Syaikh Muhammad Al Ghazali berkata: ”Bahwa orang-orang yang nganggur adalah manusia yang mati. Ibarat pohonan yang tanpa buah para penganggur itu adalah manusia-manusia yang wujudnya menghabiskan keberkahan.”

Terbukanya kota Mekah adalah keberkahan hijrah. Seandainya Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya tetap berdiam di kota Mekah, tidak pernah terbayang akan lahir sebuah kekuatan besar yang kemudian menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Sungguh berkat hijrah ke kota Madinah kekuatan baru umat Islam terbangun, yang darinya kepemimpinan Islam merambah jauh, tidak hanya melampaui kota Mekah, pun tidak hanya melampaui Jazirah Arabia, melainkan lebih dari itu melampaui Persia dan Romawi. (Ustadz Andre Gunawan)

Ust. Roni: "Ada Apa Negeri Berkekayaan Alam Melimpah Ruah, tapi Kesulitan Ekonomi Kian Menggurita."

Ketua DKM Al-Muhajirin yang baru: Ir. A. Hasan Munawar Catatan Redaksi: Pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1445 H di Masjid Al-Muhajirin RW-10 An...