Sabtu, 27 Maret 2021

Khotbah Jum'at Masjid Al-Muhajirin RW-10 Antapani Kidul: "Jangan Kau Anggap Remeh....."

 



بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم و رحمة الله وبركاته


Pelaksanaan Shalat Jum'at di Masjid Al-Muhajirin RW-10 Antapani Kidul, menampilkan Ustadz Mardais Al-Hilali yang membawakan tema: "Jangan Kau Anggap Remeh Perbuatanmu"Jangan meremehkan berbuat baik sekecil apa pun walau hanya dengan senyum manis tatkala bertemu, begitu pula walau hanya membantu urusan saudara kita yang ringan. Misalnya, walau hanya sekedar menyingkirkan duri atau batu.


Ada tiga perbuatan baik yang harus kita lakukan, yakni:


1. Berbuat baik pada Allah Shubhanahu Wa Ta'ala, dengan melakskanakan perintahNya dan menjauhi larangannNya;
2. Berbuat baik kepada sesama manusia dengan memabntu atau menolong kesulitannya;
3. Berbuat baik pada makhluk lainnya yang Allah ciptakan, seperti pada binatang dan tumbuh-tumbuhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Jabir bin Sulaim, وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ “Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih). Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah ketika menjelaskan penggalan hadits di atas mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan pada Jabir bin Sulaim agar tidak meremehkan kebaikan sekecil apa pun. Setiap kebaikan hendaklah dilakukan baik itu ucapan maupun perbuatan. Kebaikan apa pun jangan diremehkan. Kebaikan itu adalah bagian dari berbuat ihsan. Allah mencintai orang-orang muhsin (yang berbuat baik). Jika engkau menolong seseorang untuk menaikkan barang-barangnya ke kendaraannya, itu adalah suatu kebaikan. Jika engkau membantu dalam perkara yang ia butuh, maka itu termasuk kebaikan. Bila engkau memberi pena pada saudaramu agar ia bisa terbantu dalam menulis, maka itu adalah suatu kebaikan. Meski pula engkau hanya meminjamkan, maka itu adalah bagian dari kebaikan. Jadi jangan remehkan kebaikan sedikit pun, sungguh Allah menyukai orang yang berbuat baik.


Untuk lebih detailnya silahkan masuk ke channel youtube, dengan meng-klik gambar diatas.


Wassalam,



Semoga bermanfaat

Sabtu, 20 Maret 2021

 



بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم و رحمة الله وبركاته


Khutbah Jum'at di Masjid Almuhajirin RW-10 Antapani Kidul, tanggal 19 Maret 2021, menampilkan khatib Ust. Ari Iskandar S.Ud. Adapun tema yang disampaikan "Tangisan para Sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam."

Silahkan ikuti khotbahnya dengan meng-klik fotonya yang terhubung langsung ke channel YOUTUBE.

Jumat, 12 Maret 2021

Khotbah Jum'at Masjid Al-Muhajirin Ankid: "Aktivasi dzikir dan doa agar terlindung dari bahaya yang semakin nyata"


Pelaksanaan Shalat Jum'at di Masjid Al-Muhajirin RW-10, Antapani Kidul, Antapani, menampilkan Ust. Ade Hanafi S.Pd.i. Adapun tema yang diangkat tentang "Aktivasi dzikir dan doa agar terlindung dari bahaya yang semakin nyata."

Beberapa inti khotbah antara lain:

1. Setahun sudah kita mengalami musibah dan belum ada tanda-tanda musibah akan segera berakhir. Yang terdampak pun semakin nyata, bahkan di Indonesia lebih dari satu juta yang terdampak positif Covid-19. Tidak terkecuali menimpa pula beberapa ulama;

2. Ini adalah ujian sebagai sebuah kepastian, sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah 155:

وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ

Wa lanablu wannakum bishai'im minal khawfi waljuu'i wa naqsim minal amwaali wal anfusi was samaraat; wa bashshiris saabiriin

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar...

Tafsir:
Kehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan Kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, Inna lilla hi wa inna ilaihi ra ji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui kebenaran.

Allah akan menguji kaum Muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini, kaum Muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya, dan tahan menghadapi ujian dan cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar, dan merekalah orang-orang yang mendapat kabar gembira dari Allah.
sumber: kemenag.go.id

3. Ujian-ujian dengan kesedihan, ketakutan dan kemelaratan dijawab Allah. Lalu bagaimana kita harus menjawabnya? Ujian sesungguhnya guna menumbuhkan rasa takut tak hanya pada diri kita. Bagi orang beriman menunjukkan betapa lemahnya diri kita di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala;

4. Apakah dalam menghadapi ujian ini sudah kita lakukan melalui dzikir-dzikir dan doa-doa yang intens? Dalam kehidupan diberikan berbagai nikmat, namun juga diberikan ujian untuk mengaktifkan keimana kita. Namun jika keimanan dibarengi dengan kekufuran maka Allah akan mencabut kenikmatan itu.

Dalam Surat Al-Anfal 53:

ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ لَمۡ يَكُ مُغَيِّرًا نِّـعۡمَةً اَنۡعَمَهَا عَلٰى قَوۡمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِهِمۡ‌ۙ وَاَنَّ اللّٰهَ سَمِيۡعٌ عَلِيۡمٌۙ

Zaalika bi annal laaha lam yaku mughaiyiran ni matan an'amahaa 'alaa qawmin hattaa yughaiyiruu maa bianfusihim wa annallaaha samii un 'Aliim

Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Tafsir:
Turunnya azab atas orang-orang kafir merupakan bukti keadilan Allah, sebab yang demikian itu, yakni turunnya azab, karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang tampak pada penglihatan dan bisa dirasakan langsung, seperti rasa aman, kemakmuran, kesuburan, dan lain-lain, yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri menyangkut perubahan sikap mental dan perilaku, seperti dari peduli menjadi tidak peduli, adil menjadi tidak adil, berani berkorban menjadi serakah, dan lain-lain. Sungguh, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

5. Jadi dalam kondisi seperti saat ini maka sudah sepatutnya ibadah kita semakin khusu, lebih patuh dan senantiasa berlindung pada Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dalam hadits, "Hendaknya berlindung lah kepada Allah dari ketika menghadapi kerasnya musibah." Terutama saat ini dimana kita menghadapi musuh-musuh yg tidak nyata, maka dimanapun kita berada harus senantiasa berlindung pada Allah.

6. Kemudian do'a-do'a apa saja yang perlu kita bacakan? Silahkan masuk ke channel youtube dengan mengklik gambar diatas.

Wassalam...Semoga bermanfaat//*nas


Selasa, 09 Maret 2021

Mutiara Alquran: "Fitnah Menurut Alquran" (1)

Mutiara Al-Qur’an

Mari kita renungkan bahwa saat ini Zaman telah mendekati detik-detik terakhirnya. Bumi mulai menua. Kerusakan merajalela, apakah itu kerusakan hutan, kerusakan di laut, pencemaran lingkungan, tetapi yang menghawatirkan adalah kerusakan akhlaq.

Kemajuan tekhnologi tak terbendung lagi. Manusia telah mampu terbang menembus langit dan menyelam ke dasar lautan. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, namun bersama an dengan moral manusia yang semakin luntur.

Banjir informasi begitu dahsyat hingga kebenaran dan kebatilan semakin samar terlihat. Bersamaan dengan itu semua, benih-benih fitnah ditaburkan. Api perpecahan tampak disetiap penjuru.

Musuh-musuh Allah bekerja 24 jam untuk menghancurkan para kekasih-Nya. Sejuknya pagi disambut dengan panasnya api fitnah di media sosial, televisi, alat komunikasi dll. Aib orang diumbar dan konflik dibesar-besarkan.

Zaman ini memang zaman fitnah. Zaman ketika hati seorang dipenuhi dengan keimanan di pagi hari, kemudian kembali membuang keimanan itu disaat malam hari.

Zaman ketika malam harinya dipenuhi dengan munajat dan tangisan, sementara pagi harinya, kembali mencampakkan keimanan.

Sebenarnya, apa fitnah itu? Darimana dia berasal?
Siapa yang mencetuskan fitnah? Apa bahayanya?

Perlahan kita akan membuka sedikit demi sedikit tabir fitnah sesuai dengan penjelasan Al-Qur’an.

♦️ Apa Arti Fitnah ?

Dalam Kitab Mufrodat, fitnah berasal dari kata Fatana-Yaftunu yang memiliki arti meletakkan emas di tempat yang panas hingga terpisah emas yang murni dengan logam yang lain.

Jika kita perhatikan, proses fitnah dalam kehidupan nyata pun demikian. Kondisi yang begitu panas sehingga memisahkan orang yang berpegang teguh dengan kebenaran dan orang yang hanyut dalam fitnah itu.

Fitnah adalah sesuatu yang panas yang masih samar dan kabur. Sulit mengenali hakikat aslinya. Dan Allah swt menyebut kata fitnah dengan segala bentuknya sebanyak 56 kali di dalam Al-Qur’an.

Namun, fitnah disini memiliki arti yang bermacam-macam.

Pertama fitnah memiliki arti “ujian”.

Allah swt berfirman,

وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ -٢٨-

“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan.” (Al-Anfal 28)

Kedua, fitnah berarti “tipu daya”

يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ -٢٧-

“Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga.” (Al-A’raf 27)

Ketiga, berarti “bencana dan siksaan”.

ذُوقُوا فِتْنَتَكُمْ هَذَا الَّذِي كُنتُم بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ -١٤-

(Dikatakan kepada mereka), “Rasakanlah azabmu ini. Inilah azab yang dahulu kamu minta agar disegerakan.” (Adz-Dzariyat 14)

Ke-empat, berarti “ kesesatan”.

وَمَن يُرِدِ اللّهُ فِتْنَتَهُ فَلَن تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللّهِ شَيْئاً -٤١-

“Barangsiapa Dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau tidak akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya).” (Al-Ma’idah 41)

Ke-lima, artinya “syirik, kufur dan penyembahan berhala”.

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلّهِ -١٩٣-

“Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata.” (Al-Baqarah 193)

Ke-enam, artinya “menghalangi agama Allah swt”.

وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَا أَنزَلَ اللّهُ إِلَيْكَ-٤٩-

“Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah Diturunkan Allah kepadamu.” (Al-Ma’idah 49)

Jika kita perhatikan, semua arti di atas adalah efek dari fitnah. Ia dapat menjadi cobaan, bencana bahkan dapat memalingkan seseorang dari agama Allah swt. Begitulah gambaran Al-Qur’an mengenai fitnah.

♦️ Apa Bahaya Fitnah ?

Fitnah adalah sesuatu yang amat berbahaya. Ia tidak hanya merusak seseorang tapi bisa merusak masyarakat. Karenanya, jangan heran jika fitnah disebut lebih kejam dari pembunuhan.

وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ-١٩١-

“Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.” (Al-Baqarah 191)

وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ-٢١٧-

“Sedangkan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.” (Al-Baqarah 217)

Sebelumnya kita pernah membahas betapa besar dosa dari pembunuhan. Namun ternyata ada dosa lebih parah dari sekedar pembunuhan. Hal yang mudah terucap namun berat timbangan dosanya. Fitnah adalah kondisi disaat seorang harus menghadapi situasi yang samar, penuh dengan kebingungan. Bagaimana fitnah bisa lebih berbahaya dari pembunuhan?

Pembunuhan hanya memisahkan ruh seorang dari jasadnya, setelah itu selesai. Namun fitnah itu adalah upaya membunuh agama. Membunuh ruh seseorang, bukan hanya jasadnya. Sementara tidak ada sesuatu termahal yang dimiliki manusia melebihi ruhnya.

Fitnah dapat merubah sikap, akhlak, akidah bahkan agama seseorang. Fitnah dapat merenggut keyakinan seseorang akibat samarnya kebenaran dan kebatilan. Jika pembunuhan hanya merugikan korbannya di dunia, maka fitnah bisa merugikan seseorang di dunia dan akhirat. Siapa yang lebih rugi dari seorang yang merugi di alam abadinya?

خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ -١١-

“Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata.” (Al-Hajj 11)

Akibat dari pembunuhan bisa selesai setelah kejadian berlangsung. Tapi akibat dari fitnah bisa berdampak pada generasi ke generasi. Fitnah terhadap keyakinan, agama dan pegangan hidup itu amat keji karena penabur fitnah sedang ingin menginjak-injak ruh manusia.

◊ Apakah fitnah itu ??

Segala bentuk penyimpangan, ancaman, bisikan yang menyesatkan, adu domba, membuka aib orang agar saling bermusuhan dan segala sesuatu yang membuat orang berpaling dari agamanya disebut fitnah. ◊ Kapan fitnah itu mulai muncul?

Allah swt menceritakan dalam Al-Qur’an, bahwa fitnah di zaman Rasulullah saw muncul di perang tabuk. Bahkan sebelum itu yaitu di perang Uhud.

Allah berfirman,

لَقَدِ ابْتَغَوُاْ الْفِتْنَةَ مِن قَبْلُ وَقَلَّبُواْ لَكَ الأُمُورَ حَتَّى جَاء الْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ اللّهِ وَهُمْ كَارِهُونَ -٤٨-

“Sungguh, sebelum itu mereka memang sudah berusaha membuat kekacauan dan mengatur berbagai macam tipu daya bagimu (memutarbalikkan persoalan), hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah), dan menanglah urusan (agama) Allah, padahal mereka tidak menyukainya.” (At-Taubah 48)

Ayat ini bercerita tentang adanya upaya fitnah di perang tabuk, namun Allah mengatakan bahwa sebelum itu (yaitu di perang Uhud), orang-orang munafiqin telah menebar benih fitnah.

Ingatkah kita tentang 300 pasukan yang diketuai oleh pemimpin kaum munafiqin, Ubay bin Salul yang bergabung bersama Rasulullah dalam perang Uhud lalu tiba-tiba mereka berpaling saat hendak memasuki front peperangan. Tujuan mereka adalah melemahkan pasukan Rasulullah saw.

Pada ayat sebelumnya Allah berfirman,

لَوْ خَرَجُواْ فِيكُم مَّا زَادُوكُمْ إِلاَّ خَبَالاً ولأَوْضَعُواْ خِلاَلَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ -٤٧-

“Jika (mereka berangkat bersamamu), niscaya mereka tidak akan menambah (kekuatan)mu, malah hanya akan membuat kekacauan, dan mereka tentu bergegas maju ke depan di celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan (di barisanmu); sedang di antara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan) mereka. Allah Mengetahui orang-orang yang zalim.” (At-Taubah 47)

Ayat ini berlaku sepanjang kehidupan. Setiap masa ada orang-orang yang menabur fitnah dan ada yang hobi mendengarkan. Dia melahap fitnah itu mentah-mentah kemudian ikut andil dalam api fitnah itu. Ada pula yang sok suci dengan beralasan untuk tidak ikut perang karena takut melihat wanita di pihak musuh kemudian muncul syahwatnya. Mereka berkata,

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ ائْذَن لِّي وَلاَ تَفْتِنِّي-٤٩-

Dan di antara mereka ada orang yang berkata, “Berilah aku izin (tidak pergi berperang) dan janganlah engkau (Muhammad) menjadikan aku terjerumus ke dalam fitnah.” (At-Taubah 49)

Namun Allah menjawab mereka,

أَلاَ فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُواْ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ -٤٩-

“Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sungguh, Jahannam meliputi orang-orang yang kafir.” (At-Taubah 49)

Sebenarnya siapa yang pertama kali memunculkan fitnah?
Apa yang mereka lakukan untuk penyebaran fitnah?
Bagaimana cara kita menghadapi zaman fitnah ini?

Jawabannya ??? Insya Allah...dibahas pada edisi berikutnya....

🤲Semoga Bermanfaat🤲 (hes)

Jumat, 05 Maret 2021

Khotbah Jum'at Masjid Almuhajirin Ankid, "Kerusakan Moral dibalik Kearifan Lokal"



بسم الله الرحمن الرحيم السلام عليكم و رحمة الله وبركاته

Khutbah Jum'at di Masjid Almuhajirin RW-10 Antapani Kidul, tanggal 5 Maret 2021/21 Rajab 1442 H.  Menampilkan Khotib/Imam: Ust Haikal Sya'ban Lc. 

Beliau adalah jamaah masjid Almuhajirin dan merupakan Pengurus inti DKM Almuhajirin RW 10 Antapani Kidul. Ust. Haikal merupakan Lulusan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud. Adapun tema Khutbah menyoal "Kerusakan moral dibalik slogan kearifan lokal"

Beberapa inti khotbah sbb:

Istilah budaya setempat atau kearifan lokal merupakan ujian bagi umat Islam. Misalnya, belum lama ini terbit Lampiran Perpres tentang Investasi Miras, yang menggunakan baju kearifan lokal atau berdalih demi pelestarian budaya yang perlu dijaga. Padahal minuman keras merupakan sumber kerusakan moral. Bahkan dalam hadits, barangsiapa yang meminumnya maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari dan barangsiapa yang mati padahal diperutnya masih ada minuman keras maka dia mati dalam keadaan jahiliyah. Namun demikian, Alhamdulillah, lampiran perpres itu sudah dicabut kembali.

Selain itu, awal Perbruari, munculnya organisasi Persatuan Dukun Nusantara yang akan membuat festival santet Nusantara yang karena menimbulkan kontroversi, kemudian berubah menjadi festival paranormal Nusantara.
Inipun ujian bagi umat Islam agar tergelincir dalam kesyirikan. Padahal menurut syariat Islam, siapa saja yg datang ke orang pintar atau dukun (walau hanya bertanya saja) maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari. Dan barangsiapa yang mendatangi dukun serta membenarkan apa yang dikatakan dukun tersebut, maka sungguh dia telah kufur atas apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Islam tidak anti budaya/adat, namun dengan syarat tidak bertentangan dengan syariat Islam. Contoh budaya Sunda yang menggunakan tuturkata/bahasa halus dan hormat pada orang tua atau orang yang lebih tua, maka itu baik dan bersesuaian dengan syariat Islam. Namun jika bertentangan syariat Islam, maka sudah seharusnya apabila kita menolaknya.

Dalam surat Almaidah, ayat 104:

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلٰى مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَانَ اٰبَاۤؤُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔا وَّلَا يَهْتَدُوْنَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya).” Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?

Tipu daya syaiton tidak langsung mengajak pada kekufuran tapi melalui langkah-langkah yang seolah-olah baik. Salah satu langkah jebakan untuk menggelincirkan keimanan kita antara lain melalui baju budaya atau dalih kearifan lokal. Maka kita harus senantiasa waspada atas tipu dayanya.

Uraian rincinya silahkan simak pada channel youtube diatas. Semoga bermanfaat.
Wassalam...


Ust. Roni: "Ada Apa Negeri Berkekayaan Alam Melimpah Ruah, tapi Kesulitan Ekonomi Kian Menggurita."

Ketua DKM Al-Muhajirin yang baru: Ir. A. Hasan Munawar Catatan Redaksi: Pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1445 H di Masjid Al-Muhajirin RW-10 An...