Minggu, 24 Desember 2017

Dari Penutupan Hafizh Quran: "Resapi Maknanya"

Salah satu metoda dalam menghafal Al-qur’an yakni bagaimana agar ayat2 Al-qur’an yang kita hafalkan itu difahami kandungan maknanya serta benar2 meresap dan menghunjam getarannya ke dalam jiwa.

Demikian salah satu wejangan dari Penasihat DKM Al-Muhajirin, H. Mumu Romli, saat penutupan Kegiatan Ujian Semester Program Kaderisasi Penghafal Al-qur’an Yayasan Sahabat Al-qur’an (SAHAL), di Masjid Al-Muhajirin, Sabtu (23/12).

Menurut H. Mumu, bahwa mempelajari Al-qur'an ini sangat penting. Karena sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari Al-qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain. Jadi kegiatan ini sangat penting dan bermanfaat khususnya bagi DKM Al-Muhajirin, terutama dapat dijadikan sebagai contoh dan motivasi bagi jamaah Al-Muhajirin untuk senantiasa mencintai Al-qur’an dan tergerak untuk menghafalkannya. Serta tentu saja agar syiar Islam senantiasa terpancar secara berkesinambungan.

Bagi kami para orangtua, lanjut Mumu, memang tidak mudah untuk menghafal ayat2 Al-qur’an ini. “Sulit dihafal dan mudah lupa,” Itulah yang terjadi. Sehingga dengan adanya kegiatan ini dimana Masjid Al-Muhajirin dijadikan tempat untuk program kegiatan ini, tentunya memberikan nuansa spiritual dan motivasi tersendiri.


Sementara itu, Ustadz Hanif, mewakili Ketua Yayasan SAHAL, menyampaikan ucapan terima kasihnya atas kerjasama yang telah terjalin ini, dimana Masjid Al-Muhajirin selama lima hari penuh telah menjadi tempat ujian bagi para santri Yayasan SAHAL melalui program ini.

Terkait beberapa kiat-kiat dalam menghafal Al-qur’an, seperti yang ditanyakan beberapa jamaah Al-Muhajirin, Ustadz Hanif, menjelaskan bahwa menghafal Al-qur'an itu merupakan proses panjang. Jadi memang benar tidak mudah untuk menghafalnya dalam waktu singkat dengan hasil maksimal. Batasan waktunya pun sulit untuk dipredikasi. Ada yang hafal 30 juz selama 2 tahun atau mungkin ada yang belasan tahun bahkan puluhan tahun.

Salah satu kiatnya, lanjut Hanif, bahwa ayat2 Al-qur’an yang akan kita hafal itu tentu saja harus lah dilakukan secara intens dan berulang. Namun yang lebih penting dari itu haruslah dimulai dengan pembersihan jiwa. Dibutuhkan niat dan tekad serta keyakinan kuat bahwa apa yang akan kita hafal itu bisa diperoleh. “Dibutuhkan keikhlasan dan kebersihan hati yang dilandasi keimanan dan tekad yang kuat lah yang akan mengantarkan jalan bagi seseorang menjadi al-hafizh Al-qur’an,” kata Hanif. 

“Adapun tentang metodanya, sebenarnya akan ditemukan sendiri sejalan dengan proses penghafalan yang sedang terjadi. Bahkan metoda itu bisa hadir dengan sendirinya. Bisa dalam bentuk anugerah, rahmat dan karunia yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” tandas Hanif, seraya menyarankan agar tidak boleh atau pantang berputus asa dalam menghafalnya.

Wakil Ketua DKM Al-Muhajirin, H. Muklis Effendi, turut menyampaikan ucapan terima kasihnya atas kerjasama yang telah terjalin ini. “Insyaa Allah melalui program kegiatan ini, akan membawa keberkahan bagi masjid kami sehingga lebih memberi makna pada upaya kami dalam memakmurkan masjid Al-Muhajirin,” kata Muklis.

Acara penutupan diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dari Yayasan SAHAL kepada DKM Al-Muhajirin, berupa Piagam/Sertifikat Ucapan Terim kasih dan Lima Examplar Buku Secercah Cahaya di Langit Sukamiskin.




Selasa, 19 Desember 2017

Khilafiyah, Furuiyah, Sunnah dan Bid'ah

Oleh: Dr. Amir Faishol Fath, MA
(Alumni Pondok Pesantren Al Amien Parenduan, Sumenep, Madura)

Kalau kita mengorbankan persatuan umat demi fanatisme furuiyah adalah suatu kebodohan atas agamanya.

Kaidah ushul fikih: laa inkara fil mukhtalaf fiihi (tidak boleh ada pengingkaran dalam khilafiyah).

Kaidah berikutnya: tidak ada paling benar dalam masalah khilafiyah furuiyah.

Kaidah berikutnya: tidak ada bid'ah dalam khilafiyah furuiyah. Menghakimi bid'ah terhadap khilafiyah furuiyah adalah kesalahan.

Bukan ikut sunnah jika yang hukumnya sunnah diwajibkan. Biarkan yang hukumnya sunnah tetap sunnah jangan diwajibkan.

Bid'ah terjadi hanya dalam wilayah ushul bukan wilayah khilafiyah. Seperti shalat subuh empat rakaat. Ini bid'ah. Baca qunut bukan bid'ah.

Cinta Nabi ushul. Maulidan adalah khilafiyah furuiyah. Maka yang salah yang tidak cinta Nabi dan yang menyerang khilafiyah.

Membaca lailaha illallah: ushul. Tahlilan: khilafiyah furuiyah. Yang salah yang tidak ucapkan lailaaha illalah dan yang serang khilafiyah.

Tidak ikut sunnah yang serang khilafiyah. Sebab Nabi biarkan sahabatnya berbeda pendapat dalam hal furuiyah.

Tidak ikut sunnah yang hanya ikut amalan nabi sekitar ritual saja. Sebab sunnah Nabi juga mengurus pasar, ekonomi dan negara.

Bukan seorang fakih, yang keluarkan hukum sesuatu adalah haram dan bid'ah dengan alasan Nabi tidak pernah kerjakan.

Khilafiyah terjadi karena tidak ada dalil khusus. Ini tugas fikh. Yang bukan fakih jangan ikut-ikutan. Biar tidak rancu.

Kekacauan terjadi karena adanya orang-orang yang bukan fakih ikut-ikutan ngurus fikih lalu merasa dirinya berhak tandingi Imam Syafii dan imam-imam lainnya.

Khilafiyah itu sudah dibahas oleh ulama. Masing-masing punya dalil. Kita tinggal ikut saja. Bukan menghakimi yang lain.

Memilih pemimpin: ushul. Gunakan demokrasi: furu'. Maka salah yang tidak mau pilih pemimpin karena alasan furu'.

Salah yang mengatakan: dari pada pilih pemimpin muslim yang korup mending pilih pemimpin kafir yang tidak korup.

Seharusnya mengatakan: ayo pilih pemimpin muslim yang bersih dari pada pemimpin kafir yang tidak bersih. Sungguh masih banyak muslim yang bersih.

Dzalim terhadap Nabi dan Islam yang sempitkan sunnah hanya sekitar ritual. Sementara mengurus negara tidak dianggap sunnah.

Sebaiknya jangan mengaku muslim jika serang Islam dan umat Islam. Apalagi bela kebatilan dan kesesatan.

Yang membuat umat Islam Indonesia tidak berdaya adalah munculnya orang-orang mengaku muslim tapi serang umat Islam dan bela kebatilan.
(#Spirit212)

Senin, 18 Desember 2017

Program Kaderisasi Penghapal Al-qur'an di Masjid Al-Muhajirin

Ucapan Selamat Datang kepada
Peserta Ujian Penghafal Al-Qur'an
Yayasan Sahabat Al-qur’an ( SAHAL) akan menyelenggarakan  kegiatan Ujian Semester Santri Putra SAHAL untuk Program Kaderisasi Penghapal Al-qur’an. Kegiatan akan dilaksanakan pada  tanggal 18 sd 23 Desember 2017. 

Program yang akan mennghasilkan para lulusan hafizh Al-qur’an ini bertempat di Masjid Al-Muhajirin, Jl. Jayapura RW 10. Antapani Kidul, Kecamatan Antapani.

Foto Bersama para Santri Peserta Ujian, Pembimbing dan
Pengurus DKM Al-Muhajirin
Menurut Ketua Yayasan SAHAL, Ustadz Al-Hafizh Agus Subagio Spdi, program yang akan berlangsung selama seminggu ini, akan dimulai pukul 08.00 sd Selesai dan diikuti 25 Santri Putra SAHAL.

Sementara itu menurut Ketua DKM Al-Muhajirin, Sigit Tjiptono, dengan ditunjuknya Al-Muhajirin sebagai tempat dilaksanakan program, merupakan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi  DKM Al-Muhajirin.


“In syaa Allah akan membawa berkah kepada masjid kami, selain itu juga akan menginspirasi dan memotivasi para  jamaah beserta keluarganya untuk tergerak menghafal Al-Quranul  Karim,” tutur Sigit.

Untuk itu, lanjut Sigit, diharapkan kepada para jamaah Al-Muhajirin beserta keluarganya untuk turut menghadirinya. “Dengan kehadiran para jamaah kita pun akan menjadi saksi lahirnya para  penghapal Al-qur’an yang diharapkan akan membawa rahmat dan karunia kepada kita semua,” kata Ketua DKM Al-Muhajirin. 

Ketua Yayasan SAHAL, dalam sambutannya, yang diwakili oleh Ustadz Yasroni, Lc., Al-hafizh dan Ustadz Abdul Aziz Al-hafizh (Musrif Santri Cimahi) menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh jajaran Pengurus dan Jamaah DKM Al-Muhajirin atas pemberian ijin tempatnya, sehingga kami diperkenankan untuk melaksanakan kegiatan ini di Masjid Al-Muhajirin. Menurut beliau peserta santri termuda berumur 15 tahun dan tertua 26 tahun. Sedangkan peserta dari luar kota antara lain dari Lombok, padang, Riau, Medan, dan Pontianak.

Sementara dari tuan rumah, Hasan Munawar, yang mewakili Ketua DKM yang masih berada di luar kota  menyampaikan ucapan Selamat Datang kepada seluruh santri peserta Program Ujian Penghapal Al-qur'an di Masjid Al-Muhajirin Antapani. Semoga tempat ini cukup memadai untuk dijadikan kegiatan yang sangat mulya ini serta memohon maaf apabila ada kekurangan berkaitan dengan pelayanan kami selama kegiatan berlangsung. (nas)

Jumat, 15 Desember 2017

Law of Attraction ala Rasulullah

Hukum tarik menarik: Apa yang kita pikirkan itulah yang akan terjadi....

Suatu hari, Rasulullaah SAW menjenguk seseorang yang sedang sakit demam. Beliau menghibur dan membesarkan hati orang tersebut.

Beliau bersabda: "Semoga penyakitmu ini menjadi penghapus dosamu."

Orang itu menjawab: "Tapi ini adalah demam yang mendidih, yang jika menimpa orangtua yang sudah renta, bisa menyeretnya ke lubang kubur."

Mendengar keluhan orang itu, Rasulullaah SAW bersabda: "Kalau demikian anggapanmu, maka akan begitulah jadinya." (HR. Ibnu Majah)

Sungguh indah apa yang disabdakan Rasulullaah SAW.

Perhatikan pesan-pesan Rasulullaah SAW berikut ini:

* Barangsiapa yang ridha, maka keridhaan itu untuknya. Barangsiapa mengeluh, maka keluhan itu akan menjadi miliknya. (HR. at-Tirmidzi)*

* Salah satu kebahagiaan seseorang adalah *keridhaannya menerima keputusan ALLAAH.
(HR. Ahmad)

*Jika kita memikirkan bahagia, maka kita akan bahagia.*

*Jika kita berpikiran sedih, maka kita menjadi sedih.*

*Jika kita berpikiran gagal, kita menjadi gagal*.

*Jika kita berpikiran sukses, maka kita niscaya sukses.*

*Jika kita berpikiran sakit, kita juga menjadi sakit.*

*Jika kita berpikiran sehat, maka kita pun akan sehat.*

Inilah, The Law of Attraction, Hukum Tarik Menarik, merupakan Sunnatullaah yang berlaku di alam semesta*

You are what you think (Anda adalah apa yang Anda pikirkan).

Selalulah berpikir yang positif* dan jangan pernah biarkan pikiran negatif membelenggu otak dan kehidupan kita.

Jadi tetap semangat dan jangan pernah menyerah pada keadaan_.

Tugas kita hanya 2, yaitu : *_Berusaha optimal dan berdoa._*
Sedangkan selanjutnya itu Kuasa ALLAAH SWT.

Nabi SAW bersabda :"Ketika seorang hamba berkata, Laa Haula Wa Laa Quwwata Ila Billah, maka ALLAAH berfirman: "Lihatlah (hai para malaikat), orang ini telah menyerahkan urusannya kepadaKu". (HR. Ahmad).

Pikirkan yang baik2, berkata yg baik, Bertindaklah yg Baik- Baik, maka Insyaa Allaah yg datang juga yang Baik- Baik!
Allahuma shalli alaa Muhammad
Robbana Taqobbal Minna

Ya Allah terimalah dari kami (amalan kami), Aamiin...

Rabu, 13 Desember 2017

Siapakah Orang Paling Berbahagia

“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia. Namun banyak orang yang menempuh jalan yang salah dan keliru. Sebagian menyangka bahwa kebahagiaan adalah dengan memiliki mobil mewah, Handphone yang mahal seharga belasan juta rupiah, memiliki rumah real estate, dapat melakukan tour wisata ke luar negeri, dan lain sebagainya. Mereka menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup bahagia. Namun apakah betul seperti itu? Simak tulisan berikut ini.

Kebahagiaan untuk Orang yang Beriman dan Beramal Sholeh

Orang yang beriman dan beramal sholeh, merekalah yang sebenarnya merasakan manisnya kehidupan dan kebahagiaan karena hatinya yang selalu tenang, berbeda dengan orang-orang yang lalai dari Allah yang selalu merasa gelisah. Walaupun mungkin engkau melihat kehidupan mereka begitu sederhana, bahkan sangat kekurangan harta. Namun jika engkau melihat jauh, engkau akan mengetahui bahwa merekalah orang-orang yang paling berbahagia. Perhatikan seksama firman-firman Allah Ta’ala berikut.

Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97). Ini adalah balasan bagi orang mukmin di dunia, yaitu akan mendapatkan kehidupan yang baik.

وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97). Sedangkan dalam ayat ini adalah balasan di akhirat, yakni alam barzakh.

Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الْآَخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.” (QS. An Nahl: 41)

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Huud: 3). Kedua ayat ini menjelaskan balasan di akhirat bagi orang yang beriman dan beramal sholeh.

Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10)

Inilah empat tempat dalam Al Qur’an yang menjelaskan balasan bagi orang yang beriman dan beramal sholeh. Ada dua balasan yang mereka peroleh yaitu balasan di dunia dan balasan di akhirat. Itulah dua kebahagiaan yang nantinya mereka peroleh. Ini menunjukkan bahwa mereka lah orang yang akan berbahagia di dunia dan akhirat.

Salah Satu Bukti

Seringkali kita mendengar nama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Namanya begitu harum di tengah-tengah kaum muslimin karena pengaruh beliau dan karyanya begitu banyak di tengah-tengah umat ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, nama aslinya adalah Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al Khodr bin Muhammad bin Al Khodr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al Haroni Ad Dimasqi. Nama Kunyah beliau adalah Abul ‘Abbas.

Berikut adalah cerita dari murid beliau Ibnul Qayyim mengenai keadaannya yang penuh kesusahan, begitu juga keadaan yang penuh kesengsaraan di dalam penjara. Namun di balik itu, beliau termasuk orang yang paling berbahagia.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

“Allah Ta’ala pasti tahu bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada beliau, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala, yaitu berupa siksaan dalam penjara, ancaman dan penindasan dari musuh-musuh beliau. 

Namun bersamaan dengan itu semua, aku dapati bahwa beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya dan paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar kenikmatan hidup yang beliau rasakan. Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan kesempitan hidup, kami segera mendatangi beliau untuk meminta nasehat, maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pun sering mengatakan berulang kali pada Ibnul Qoyyim, “Apa yang dilakukan oleh musuh-musuhku terhadapku? Sesungguhnya keindahan surga dan tamannya ada di hatiku.”

Begitu pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah mengatakan tatkala beliau berada di dalam penjara, padahal di dalamnya penuh dengan kesulitan, namun beliau masih mengatakan, “Seandainya benteng ini dipenuhi dengan emas, tidak ada yang bisa menandingi kenikmatanku berada di sini.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga pernah mengatakan, “Sebenarnya orang yang dikatakan dipenjara adalah orang yang hatinya tertutup dari mengenal Allah ‘azza wa jalla. Sedangkan orang yang ditawan adalah orang yang masih terus menuruti (menawan) hawa nafsunya (pada kesesatan). ”

Bahkan dalam penjara pun, Syaikhul Islam masih sering memperbanyak do’a agar dapat banyak bersyukur pada Allah, yaitu do’a: Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, aku meminta pertolongan agar dapat berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik pada-Mu). Masih sempat di saat sujud, beliau mengucapkan do’a ini. Padahal beliau sedang dalam belenggu, namun itulah kebahagiaan yang beliau rasakan.

Tatkala beliau masuk dalam sel penjara, hingga berada di balik dinding, beliau mengatakan,

فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ

“Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (QS. Al Hadid: 13)

Itulah kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang memiliki keimanan yang kokoh. Kenikmatan seperti ini tidaklah pernah dirasakan oleh para raja dan juga pangeran.

Para salaf mengatakan,

لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ

“Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang.”

Mendapatkan Surga Dunia

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Di dunia itu terdapat surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka dia tidak akan memperoleh surga akhirat.”

Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa surga dunia adalah mencintai Allah, mengenal Allah, senantiasa mengingat-Nya, merasa tenang dan thuma’ninah ketika bermunajat pada-Nya, menjadikan kecintaan hakiki hanya untuk-Nya, memiliki rasa takut dan dibarengi rasa harap kepada-Nya, senantiasa bertawakkal pada-Nya dan menyerahkan segala urusan hanya pada-Nya.

Inilah surga dunia yang dirindukan oleh para pecinta surga akhirat.

Itulah saudaraku surga yang seharusnya engkau raih, dengan meraih kecintaan Allah, senantiasa berharap pada-Nya, serta dibarengi dengan rasa takut, juga selalu menyandarkan segala urusan hanya kepada-Nya.

Kesimpulan,

Inti dari ini semua adalah letak kebahagiaan bukanlah dengan memiliki istana yang megah, mobil yang mewah, harta yang melimpah. Namun letak kebahagiaan adalah di dalam hati.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita dan memberikan kita surga dunia yaitu dengan memiliki hati yang selalu bersandar pada-Nya.

Hati yang selalu merasa cukup itulah yang lebih utama dari harta yang begitu melimpah.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Sumber rujukan:
Shahih Al Wabilush Shoyyib, 91-96, Dar Ibnul Jauziyah.
(WAG/No Name)

Senin, 11 Desember 2017

Surah Al A'la, Perintah untuk Bertasbih

Pengajian Minggu 10 Desember 2017
Masjid Al-Muhajirin RW 10 Antapani Kidul
Ustadz Iman Firdaus


Surah Al A'la termasuk kedalam golongan surat-surat Makkiyyah dan merupakan surat ke 87 dari Al Quran yang terdiri atas 19 Ayat. Surah ini diturunkan sesudah Surah At Takwiir dan dinamai dengan Al A'laa (Yang Paling Tinngi) yang diambil dari ayat pertama surat ini. 

Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Al Jumu'ah dan diriwatkan juga oleh Ashhaabus Sunan, dari Nu;man Ibnu Basyir bahwa Rasulullah s.a.w. pada waktu sholat dua hari raya (Idul Fitri dan Adha) dan sholat Jum'at membaca Surat Al A'la pada raka'at pertama dan surat Al Ghaasyiyah pada rak'at kedua.

Pokok isi kandungan dalam Surah Al A'la diantaranya ialah perintah untuk bertasbih dengat meyebut nama Allah, Nabi Muhammad s.a.w. sekali-kali tidak lupa pada ayat yang dibaca-kan kepadanya. jalan yang menjadikan orang sukses hidup dunia dan akhirat. 


Berikut teks bacaan lafadz Surah Al A'la Arab, latin dan Terjemahannya :

Surah Al A'la (Yang Paling Tinggi)
Surat Ke 87 : 19 Ayat


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Bismillahirrahmaanirrahiim(i)
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"


سَبِّحِ ٱسۡمَ رَبِّكَ ٱلۡأَعۡلَى

Sabbihiisma rabbikal a'laa
1. "Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi,"


ٱلَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ

Al-ladzii khalaqa fasawwaa
2. "yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya),"[*]


وَٱلَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ

Wal ladzii qaddara fahadaa
3. "dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,"[*]


وَٱلَّذِيٓ أَخۡرَجَ ٱلۡمَرۡعَىٰ

Wal ladzii akhrajal mar-'aa
4. "dan yang menumbuhkan rumput-rumputan,"[*]


فَجَعَلَهُۥ غُثَآءً أَحۡوَىٰ


Faja'alahuu ghutsaa-an ahwaa
5. "lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman."[*]


سَنُقۡرِئُكَ فَلَا تَنسَىٰٓ

Sanuqri-uka falaa tansaa
6. "Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa,"[*]


إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ إِنَّهُۥ يَعۡلَمُ ٱلۡجَهۡرَ وَمَا يَخۡفَىٰ

Illaa maa syaa-allahu innahu ya'lamul jahra wamaa yakhfaa
7. "kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi."


وَنُيَسِّرُكَ لِلۡيُسۡرَىٰ

Wa nuyassiruka lilyusraa
8. "dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah [1571],"


فَذَكِّرۡ إِن نَّفَعَتِ ٱلذِّكۡرَىٰ

Fa dzakkir in nafa'atidz-dzikraa
9. "oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat,"


سَيَذَّكَّرُ مَن يَخۡشَىٰ

Sayadz-dzakkaru man yakhsyaa
10. "orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,"


وَيَتَجَنَّبُهَا ٱلۡأَشۡقَى

Wa yatajannabuhaal asyqaa
11. "dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya."


ٱلَّذِي يَصۡلَى ٱلنَّارَ ٱلۡكُبۡرَىٰ

Al-ladzii yashlannaaral kubraa
12. "(Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka)."

ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحۡيَىٰ

Tsumma laa yamuutu fiihaa walaa yahyaa
13. "Kemudian dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup."

قَدۡ أَفۡلَحَ مَن تَزَكَّىٰ

Qad aflaha man tazakkaa
14. "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),"

وَذَكَرَ ٱسۡمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ

Wa dzakaraasma rabbihii fashallaa
15. "dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang."


بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا

Bal tu`tsiruunal hayaataddunyaa
16. "Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi."


وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓ

Wal-aakhiratu khairun wa-abqaa
17. "Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal."


إِنَّ هَٰذَا لَفِي ٱلصُّحُفِ ٱلۡأُولَىٰ

Inna haadzaa lafiish-shuhufil uulaa
18. "Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,"


صُحُفِ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ

Shuhufi ibraahiima wamuusaa
19. "(yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa"


Untuk tajjwid dan tahsinnya diharapkan kehadiran jamaah Almuhajirin dalam pengajian setiap Minggu ba'da Subuh bersama Ustadz Iman Firdaus. (nas).

Minggu, 10 Desember 2017

Keutamaan Shalat Berjamaah

Pengajian Sabtu ba'da Subuh, 9 Desember 2017
Masjid Almuhajirin RW 10 Antapani Kidul
Ustadz Wawan Kurniawan


وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku'” (QS. AL-BAQOROH : 43)

Allah memerintah mereka (ahlul kitab) untuk mengerjakan sholat bersama Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam dan memerintahkan mereka untuk mengeluarkan zakat, yaitu menyerahkannya kepada Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam dan Allah menyuruh mereka untuk ruku’ bersama orang-orang yang ruku’ dari umat Muhammad sholalallohu ‘alaihi wasallam.

Ada tiga perintah yang Allah ta’ala sebutkan dalam ayat ini, yaitu:

Pertama, perintah mendirikan sholat.

Dalam pengertian menjaga untuk selalu mengerjakannya pada waktunya, menyempurnakan wudhu, ruku’, sujud, bacaan Alquran, tasyahud, serta membaca sholawat kepada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam.

Kedua, perintah menunaikan zakat

Ibnu Katsir berkata : “seringkali Allah ta’ala menyandingkan antara sholat dan zakat. Sholat merupakan hak Allah sekaligus bentuk ibadah kepada-Nya. Dan ia mencakup pengesaan, penyanjungan, pengharapan, pemujian, pemanjatan doa, serta tawakkal kepada-Nya. Sedangkan indak (zakat) merupakan salah satu bentuk perbuatan baik kepada sesama makhluk dengan memberi manfaat kepada mereka”

Ketiga, perintahkan untuk sholat berjam’ah, sebagaimana firman-Nya :

وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

"...dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”

Maksudnya, lakukanlah sholat bersama orang-orang mukmin dengan sempurna pelaksanaannya.

Penggunaan kalimat ruku’ dalam ayat ini untuk menggambarkan pelaksanaan sholat adalah karena ruku’ merupakan salah satu dari rukun sholat, dan bahkan dijadikan sebagai patokan dapatnya raka’at.

Adapun hokum sholat berjama’ah lebih jelasnya dirinci oleh para ulama menjadi beberapa pendapat :

Pertama, wajib kifayah.

Artinya, ketika sudah ada yang melaksanakan sholat berjamah di satu mesjid, maka kewajiban itu gugur untuk yang lain yang tidak ikut melaksanakannya. Dan apabila sama sekali tidak ada yang melaksanakan maka semuanya berdosa.

Kedua, Sunnah muakkadah.

Pendapat ini yang dijadikan pendapat jumhur para ulama. Berdasarkan hadits nabi sholallohu ‘alaihi wasallam :

صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفرد بسبع وعشرين درجة

Sholat berjama’ah lebih utama dari sholat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.
(HR. Musllim)

Ketiga, fardu ‘ain.

Artinya seluruh mukmin wajib melaksanakannya seperti halnya sholat jumat, barangsiapa yang meninggalkannya maka dia telah berdosa.

Pendapat ini  berdasarkan sabda Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam :

لا صلاة لجار المسجد إلا في المسجد

Tidak sah sholat seseorang yang ada disekitar masjid kecuali di dalam masjid.
(HR. Abu Daud)

Imam Syafi’i berkata, “tidak ada rukhsoh bagi orang yang mampu melaksanakan berjamaah kemudian dia meninggalkannya kecuali ada udzur”. Berdasarkan hadits Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan Muslim dari Abu hurairoh rhodiyallohu ‘anhu, dia berkata :

أتى النبي صلى الله عليه وسلم رجل أعمى فقال يا رسول الله إنه ليس لي قائد يقودني إلى المسجد فسأل رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يرخص له فيصلي في بيته فرخص له فلما ولى دعاه فقال هل تسمع النداء بالصلاة ؟ قال : نعم قال فأجب

Telah datang kepada Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam seorang laki-laki yang buta, maka dia berkata, “Ya Rosululloh, sesungguhnya aku tidak punya penunjuk yang menuntunku ke mesjid” maka dia meminta keringanan kepada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam untuk sholat di rumahnya. Kemudian nabi memberinya keringanan. Akan tetapi ketika dia berpaling hendak pulang, nabi memanggilnya dan berkata, “apakah kamu mendengar adzan?”. Dia menjawab. “Ya, tentu”. Maka Nabi berkata, “kalo begitu kamu wajib”.
(HR. Muslim)

Demikian pendapat para ulama mengenai hukum sholat berjama’ah. Untuk lebih detailnya, silahkan merujuk kitab-kitab fiqih bab sholat berjama’ah.

Orang yang melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah memiliki sejumlah keutamaan dibandingkan dengan melaksanakan shalat sendirian. Beberapa keutamaan shalat berjamaah itu antara lain:

1. Mendapatkan pahala 27 kali lebih besar dibandingkan dengan shalat sendirian

Abdullah bin Umar ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Shalat dengan berjamaah, dua puluh tujuh kali lebih baik daripada shalat sendirian.” (HR Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasa`i).

2. Diangkat kedudukannya dan dihapuskan dosanya

Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Shalatnya seorang lelaki dengan berjamaah itu melebihi shalatnya (sendirian) di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali, yang demikian itu disebabkan karena bila dia berwudhu dengan sempurna, kemudian pergi ke masjid dengan tiada tujuan lain kecuali untuk melakukan shalat (berjamaah) semata-mata, maka tiadalah ia melangkah kecuali diangkat kedudukannya satu derajat dan dihapuskan satu dosanya.

Dan jika ia shalat, maka para malaikat memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada di tempat shalat itu dalam keadaan tidak berhadast. (Para malaikat itu berdoa), ‘Ya Allah, berilah rahmat kepada orang ini dan sayangilah dia.’ Dan orang itu selalu dianggap sedang melakukan shalat, selama menantikan datangnya waktu shalat yang lain.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, & Ibnu Majah).

3. Didoakan oleh Malaikat

Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Shalatnya seorang lelaki dengan berjamaah itu melebihi shalatnya (sendirian) di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali, yang demikian itu disebabkan karena bila dia berwudhu dengan sempurna, kemudian pergi ke masjid dengan tiada tujuan lain kecuali untuk melakukan shalat (berjamaah) semata-mata, maka tiadalah ia melangkah kecuali diangkat kedudukannya satu derajat dan dihapuskan satu dosanya.

Dan jika ia shalat, maka para malaikat memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada di tempat shalat itu dalam keadaan tidak berhadast. (Para malaikat itu berdoa), ‘Ya Allah, berilah rahmat kepada orang ini dan sayangilah dia.’ Dan orang itu selalu dianggap sedang melakukan shalat, selama menantikan datangnya waktu shalat yang lain.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, & Ibnu Majah).

4. Diselamatkan dari neraka dan terbebas dari sifat munafik

Anas bin Malik ra menceritakan, Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang yang selalu shalat dengan berjamaah selama empat puluh hari tanpa tertinggal takbir yang pertama (bersama imam) akan mendapat dua jaminan: 1) diselamatkan dari neraka dan; 2) bebas dari sifat munafik.” (HR Tirmidzi).

5. Mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat

Rasulullah SAW bersabda, “Sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang selalu berjalan ke masjid di malam yang gelap bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, & Hakim).
Your reaction?

Catatan: Ikuti pengajian berikutnya bersama ustadz Wawan Kurniawan setiap Sabtu ba'da Subuh...///nas

Sabtu, 09 Desember 2017

Mengajak Teman di Alam Barzah

Oleh: Abu Shafaa Al-Ichwan

Tahukah kamu, sebenarnya kamu tidak harus sendiri di dalam kubur menghadapi malaikat Munkar dan Nakir. Kamu bisa membawa teman-teman karibmu, sahabat-sahabat setiamu dan keluarga terbaikmu.

Mereka dgn ikhlas menemani dan menghiburmu dalam kubur agar kau senang, mereka akan membawakan cahaya agar kuburmu terang, menyiapkan halaman penuh bunga agar kuburmu lapang, memakaikan pakaian sutra agar badanmu nyaman, menghamparkan kasur hangat dan dipan berwangikan kasturi utk kau tidur dengan nyenyak dan tenang, mereka akan membantumu menghadapi segala kemungkinan agar kau menang.

Mereka adalah 5 teman yg sangat rupawan, pakaiannya sangatlah indah, baunya sangatlah harum. Mereka bernama *si Sholat, si Zakat, si Puasa, si Amal Sholeh dan si Qur'an*. Ya, mereka benar-benar akan menjelma menjadi "sosok rupawan nan menawan" yg selalu menemani dan menjagamu dalam kubur.

Merekalah teman, sahabat dan keluarga sejatimu.

Bagi orang yang beriman dan ta'at, di dalam kubur nanti, *si SHOLAT akan berjaga dari adzab dibagian kepala, si ZAKAT akan berjaga dari adzab disisi kanan, si PUASA akan berjaga dari adzab disisi kiri, si AMAL SHOLEH lainnya akan berjaga dari adzab disisi kedua kaki, dan si AL-QUR'AN akan memeluk berjaga dari adzab pada seluruh tubuh.*

Apakah semua teman-teman ini terpikir olehmu saat ini?

Atau selama ini kamu sudah berteman tetapi hanya sekedarnya saja, bahkan mungkin lebih sering kamu abaikan. Tidakkah kamu berfikir lagi, siapa teman-teman sejatimu yg sesungguhnya.

Ataukah masih saja kamu sibuk dengan teman-teman duniawi yang tidak akan perduli denganmu saat kamu menghadapi sakaratul maut, teman-teman yang langsung kembali pada kehebohan dan kesenangan duniawi sesaat setelah acara penguburanmu.

Rasulullah bersabda,

فَيُؤْتَى مِنْ عِنْدَ رَأْسِهِ ، فَتَقُولُ الصَّلاةُ : مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ

Kemudian didatangkan malaikat dari arah kepalanya utk menyiksa, maka sholat berkata "Tidak ada jalan dari arahku (untukmu)"

فَيُؤْتَى مِنْ عَنْدَ يَمِينِهِ ، فَتَقُولُ الزَّكَاةُ : مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ

Kemudian didatangkan malaikat dari arah kanannya utk menyiksa maka zakat berkata "Tidak ada jalan dari arahku (untukmu)"

فَيُؤْتَى عَنْ يَسَارِهِ ، فَيَقُولُ الصِّيَامُ : مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ

Kemudian didatangkan malaikat dari arah kirinya utk menyiksa maka puasa berkata "Tidak ada jalan dari arahku (untukmu)"

فَيُؤْتَى مِنْ عِنْدِ رِجْلَيْهِ ، فَيَقُولُ : فِعْلُ الْخَيْرَاتِ مِنَ الصَّدَقَةِ وَالصِّلَةِ وَالْمَعْرُوفِ وَالإِحْسَانِ إِلَى النَّاسِ : مَا قِبَلِي مَدْخَلٌ

Kemudian didatangkan malaikat dari arah kakinya utk menyiksa, maka amal sholeh, segala sunnah, dan segala perbuatan ma’ruf, berkata, "Tidak ada jalan dari arahku (untukmu)"

(HR. Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad dari riwayat Al-Bara’ ibn ‘Azib & Himpunan Fadhilah Amal:609)

Dalam hadist lain dikatakan juga bahwa Al-Qur'an akan menjelma menjadi "seseorang" pria tampan yg selalu menjaga kita, memeluk kita, melindungi kita. Ia akan datang saat tubuh kita mulai dikafankan hinggalah ke alam barzah dan hari kebangkitan. Al-Qur'an akan memperkenalkan dirinya pada si mayit sehingga ia merasa tenang dan tidak ketakutan di alam kubur. Sosok Al-Qur'an tak mau melepaskan diri dan tak mau dipisahkan dengan kita hingga Allah memasukkan kita ke dalam syurga.
(Bazzar meriwayatkan dalam kitab La’aali Masnunah)

Dari Sa’id bin Sulaim ra, Rasulullah bersabda,
"Tiada penolong yang lebih utama derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat selain daripada Al-Qur’an. Bukan nabi, bukan malaikat dan bukan pula yang lainnya.”
(Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya)

Senin, 04 Desember 2017

Pelaku Dosa Besar Bukan Kafir






Pengajian Minggu Malam, 3 Desember 2017
Masjid Almuhajirin RW-10 Antapani Kidul
Ustadz Abu Yahya

Menurut akidah Ahlus Sunnah meyakini bahwa hukum pelaku dosa be­sar tidak divonis sebagai keluar dari Islam atau kafir. Artinya, hukumannya kelak di akherat tetap berada di bawah kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika Allah menghendaki akan menyiksanya dengan keadilan-Nya atau bahkan akan mengampuninya dengan rahmat dan fadhilah-Nya. 

Namun demikian, lain halnya dengan dosa syirik yang merupakan dosa terbesar yang mengakibatkan pelakunya, tidak terampuni, terutama apabila pelakunya meninggal dunia tidak sempat bertaubat.

Dalam QS an-Nisa’(4):48:


إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً

Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang lebih kecil dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Alloh, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar. 
Dengan demikian menurut akidah Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah menyatakan bahwa orang yang telah masuk Islam dengan yakin, maka dia tidak bisa dikeluarkan hanya karena perbuatan dosa yang dia lakukan. Dia juga tidak bisa keluar dari Islam (kafir) dengan semua perbuatan dosa yang diharamkan Allâh Azza wa Jalla yang dilakukannya. 

Namun menjatuhkan vonis kafir kepada pelakunya bisa terjadi apabila perbuatan dosa-dosa ‘amaliyahnya harus ada pengakuan atau meyakini bahwa perbuatan dosa itu halal, bukan dosa, dan bukan perkara yang diharamkan. Inilah jalan Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah. Mereka tidak menjatuhkan vonis kafir kepada (pelaku dosa), tetapi mereka menyatakannya salah, sesat, atau fasik.

Dosa besar dan dosa kecil

Dosa besar yaitu adalah setiap perbuatan maksiat yang dilakukan seseorang dengan terang-terangan dan berani, bahkan dengan meremehkan dosanya diancam oleh Allah dengan neraka atau laknat atau mendapat murkaiNya. 

Contoh dosa besar adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah olehmu tujuh dosa yang membinasakan. Mereka bertanya, 'Apa itu wahai Rasulullah?' Beliau menjawab, Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada waktu peperangan, menuduh berzina wanita-wanita suci yang mukmin dan lalai dari kemaksiatan." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sedangkan dosa kecil yaitu segala dosa yang tidak terkena ancaman khusus di akhirat. Ada pula yang berpendapat bahwa dosa kecil adalah setiap kemaksiatan yang dilakukan karena alpa atau lalai dan tidak henti-hentinya orang itu menyesali perbuatannya, sehingga rasa kenikmatannya dengan maksiat tersebut terus memudar. Dosa kecil akan bertumbuh menjadi besar apalbila secara intens dilakukan baik secara sadar maupun tidak.

Contoh dosa kecil adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: "Dicatat atas bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia mendapatkannya tidak mungkin tidak; maka dua mata zinanya adalah memandang, dua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dua kaki zinanya adalah melangkah, dan hati adalah menginginkan dan mendambakan, hal itu dibenarkan oleh kemaluan atau didusta-kanya." (HR. Muslim, no. 2657)

Dalil pembagian dosa menjadi besar dan kecil adalah firman Allah: "Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (Surga)." (An-Nisa': 31)

"(Yaitu) orang yang mejauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunanNya." (An-Najm: 32)

Diriwayatkan dari Umar, Ibnu Abbas dan yang lain bahwasanya mereka berkata: "Tidak ada dosa besar dengan beristighfar dan tidak ada dosa kecil (jika dilakukan) dengan terus-menerus." 

Akidah ekstrimis tentang Dosa Besar 

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Sesungguhnya orang yang melakukan dosa besar tidaklah menjadi kafir jika dia termasuk ahli tauhid dan ikhlas. Tetapi ia adalah mukmin dengan keimanannya dan fasik dengan dosa besarnya, dan ia berada di bawah kehendak Allah. 

Apabila Allah berkehendak maka Dia mengampuninya dan apabila Ia berkehendak pula, maka Ia menyiksa di Neraka karena dosanya, kemudian Ia mengeluarkannya dan tidak menjadikannya kekal di Neraka. Artinya pelaku dosa besar bisa mendapat pengampunan dari Allah atau selamat dari neraka, atau apabila sempat bertaubat bisa saja terlebih dahulu dimasukkan dalam neraka kemudian diangkat ke surga. 

Berbeda dengan akidah kelompok-kelompok sesat yang ekstrim, sebagai berikut: 
1. Golongan Murji'ah: Golongan yang menyatakan maksiat tidak membahayakan (berpengaruh buruk) bagi orang beriman, sebagaimana ketaatan tidak bermanfaat bagi orang kafir. 

2. Golongan Mu'tazilah: Mereka yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar ini tidak mukmin dan tidak juga kafir, tetapi ia berada pada tingkatan yang ada diantara dua tingkatan tersebut. Namun demikian, apabila ia keluar dari dunia tanpa bertaubat maka ia kekal di Neraka. 

3. Golongan Khawarij: Mereka mengatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir dan kekal di Neraka.

Sedangkan menurut keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, pelaku dosa besar dari kalangan kaum muslimin adalah seorang muslim fasiq. Kemaksiatannya tidaklah mengeluarkannya dari Islam (kafir) dan ia bukanlah mukmin yang sempurna keimanannya. la mukmin dengan imannya dan fasiq dengan dosa besarnya.

Baginya hukum perbuatan yang ia lakukan dari kemaksiatan dalam hal pemfasikan, penegakan hukuman dan lain-lainnya, sesuai dengan apa yang datang di dalam syari’at yang suci ini. Inilah perkataan Ahlus Snnah, berlainan dengan per­kataan orang-orang Khowarij dan Mu’tazilah dan orang-orang yang menempuh jalan mereka yang bathil. 

Orang Khowarij mengkafirkan dengan sebab dosa-dosa dan orang-orang Mu’tazilah menjadikannya di suatu tempat antara dua tempat, yaitu: antara Islam dan kafir di dunia dan adapun di mereka sepakat dengan orang Khowarij, yakni ia di neraka. Dan ucapan kedua kelompok tersebut bathil berdasarkan al-Qur’an, as-Sunnah dan ijma’. 

Dari nukilan-nukilan ucapan ulama tersebut telah jelas bagi kita, adanya kesepakatan Ahlus Sunnah bahwasanya pelaku dosa besar adalah seorang muslim fasiq, tidak dikafirkan dengan kemaksiatannya, tidak mencapai keimanan yang sempurna walaupun masih tetap memiliki iman (pokok imam, pen) Berangkat dari ini, maka menurut Ah­lus Sunnah hukumnya adalah sebagaimana keseluruhan kaum muslimin dalam masalah keterjagaan darah, harta dan seluruh mu’amalah dan keadaan.

Dan jika Alloh menghendaki akan menyiksanya di neraka de­ngan keadilan-Nya kemudian mengeluarkan mereka darinya dengan rohmat-Nya, dengan syafa’at orang-orang yang memberi syafa’at dari kalangan ahli ketaatan kemudian dia dimasukkan ke dalam surga. 

Kesimpulan

Bahwa Akidah Ahlus Sunnah meyakini sesungguhnya seorang mukmin apabila berbuat banyak dosa, baik dosa kecil atau pun dosa besar tidaklah ia dikafirkan dengannya, walaupun meninggal dalam keadaan tidak bertaubat darinya sedangkan ia meninggal dalam keadaan bertauhid dan ikhlas. 

Perkaranya kembali kepada Alloh, jika Alloh menghen­daki akan mengampuninya dan kelak di hari kiamat akan memasukkannya ke surga dalam ke­adaan selamat lagi memperoleh keuntungan yang besar dengan tanpa diuji dengan masuk ne­raka dan tidak disiksa dengan perbuatan dosa yang dilakukannya. Dan jika Alloh meng­hendaki akan menyiksanya de­ngan adzab neraka dan tidaklah kekal di dalam neraka tersebut, namun Alloh akan memerdekakannya lalu memasukkannya ke dalam kampung kenikmatan yang tetap (surga)”. 

Kalau dipetakan sebagai berikut:

1. Pelaku dosa besar ia berhak mendapatkan siksa dan ma­suk ke dalam neraka dengan sebab dosa-dosanya.
2. Pelaku dosa besar jika ma­suk ke dalam neraka tidaklah kekal di dalamnya.
3. Adzab pelaku dosa besar di akherat tidaklah sebagaimana adzab terhadap orang kafir.
4. Pelaku dosa besar pada akhirnya akan masuk surga setelah sempurna adzabnya di nera­ka.

Naudzubillah min dzalik....Semoga kita semua dijauhkan dari perbuatan dosa besar dan terhindar atau sadar dari perbuatan dosa kecil…Aamiin ya’robbal’aalamiin…(nas)

Sabtu, 02 Desember 2017

Cara Menguburkan Jenazah, Bertakziah dan Berziarah


Pengajian Sabtu Subuh, 2 Desember 2017
Masjid Almuhajirin Antapani RW-10
Ustadz Wawan Kurniawan

Kematian merupakan peristiwa yang pasti menimpa setiap manusia. Tak ada manusia yang mampu terhindar darinya. Kita sungguh hanya tinggal menunggu giliran saja. Hanya saja yang membedakan kematian seseorang dengan yang lainnya adalah kapan waktunya, dimana tempatnya dan dalam kondisi seperti apa ketika berhadapan dengan mautnya.

Ketika seseorang meninggal dunia tentu merupakan suatu kesedihan bagi keluarganya. Kita pun turut berbelasungkawa. Keluarga pun dalam kepedihannya mulai mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari memandikannya, mengkafaninya, menyolatkannya sampai pada menguburkannya.

Dalam kaitan pengurusan jenazah, kali ini yang akan dibahas adalah mengenai tatacara penguburan, bertakziah dan ziarah kubur.

Perlu diketahui bahwa kita punya kewajiban menguburkan jenazah sekalipun yang meninggal dunia itu adalah kafir. Jadi tak ada batasan apakah dia muslim, kafirun, munafikun, murtadun, semuanya wajib untuk dikuburkan sebagai bagian dari kewajiban menjalin hubungan sesama manusia.

Namun dalam Islam tentu tidak sembarangan menguburkannya, tapi ada tata aturannya. Misalnya, menguburkan antara muslim dan kafir tentu dengan tempat yang berbeda atau tidak boleh menyatu. Jadi masing2 punya pekuburan sendiri. Sedangkan khusus untuk para syuhada, terutama yang gugur di medan perang, maka boleh dikuburkan dimana ia meninggal.

Kapan dikuburkan?

Lalu kapan boleh dikuburkannya? Tentu saja lebih cepat lebih baik. Bahkan jika memungkinkan, malam pun boleh dilakukan. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena sesuatu hal (misalnya masih menunggu kedatangan keluarganya) maka tidak mengapa dikuburkan keesokan harinya.

Cara menguburkannya, seperti pada umumnya pekuburan muslim dibuatlah lubang yang dalam dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran mayat dengan mengarah kearah kiblat. Cara terbaik memasukan mayat dimulai dari kakinya dahulu atau dari arah selatan ke utara.
Setelah dilakukan penguburan maka sebaiknya kuburnya diluaskan atau dibaguskan, misalnya dengan:

1. Menaikan kuburan dari tanah atau ditinggikan sekitar sejengkal;

2. Diberikan tanda (misalnya batu nisan atau kayu bertuliskan nama) untuk menunjukkan bahwa itu kuburan dan agar mudah dikenali;

3. Diperbolehkan untuk berdiri di kuburan untuk berdo’a.

Ada beberapa larangan yang berkaitan dengan proses penguburan. Hal-hal ini tentu harus menjadi perhatian kita, antara lain:

· Meninggikan timbunan kuburan lebih dari satu jengkal di atas permukaan tanah.

· Menembok kuburan sehingga menjadi sebuah bangunan

· Menulisi kuburan dengan berbagai tulisan

· Duduk2 di atas Kuburan

· Berjalan di atas kuburan tanpa menggunakan alas kaki

· Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menjurus ke arah syirik dan takhayul, misalnya meminta doa pada mayit, berbau mistis, dsb

Cara ber-Takziah

Menurut bahasa Takziah artinya adalah menghibur. Sedangkan pengertian Takziah menurut istilah syara' adalah mengunjungi keluarga orang yang meninggal dunia dengan tujuan supaya keluarga yang ditinggalkan dan sedang mendapat musibah dapat terhibur, diberikan kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi musibah, serta mendoakan mayit atau orang yang meninggal agar diampuni oleh Allah atas dosa-dosanya selama menjalani hidup di dunia.

Apa hukumnya bertakziah

Takziah hukumnya adalah sunnah. Takziah adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim kepada muslim yang lain dan orang yang meninggal dunia berhak atas hak takziah. Perlu kita ketahui sebagaimana pembahasan sebelumnya bahwasanya hak orang Islam yang lain ada lima, yaitu menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, menghadiri undangan, dan mendoakan orang yang bersin.

Adab Bertakziah

Berikut adalah adab2 dalam bertakziah:

1. Lakukan takziah dengan dilandasi oleh niat ikhlas karena Allah Swt. Karena sesungguhnya hanya amal-amalan kepada Allah Swt itulah, yang akan memiliki nilai ibadah di sisi Allah Swt.

2. Gunakan pakaian yang rapi, sopan dan menutup aurat. Sepanjang tidak mencolok atau menyinggung pihak lain, tidak ada salahnya, menggunakan model pakaian yang biasa digunakan sebagai tanda berkabung.

3. Bertingkah laku yang baik, dan jaga ucapan. Islam memberikan ajaran mengenai akhlak bertakziah, yaitu pujilah si mayit dengan mengingat dan menyebut kebaikan-kebaikannya dan jangan menjelek-jelekkannya. Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu mencaci-maki orang-orang yang telah mati, karena mereka telah sampai kepada apa yang telah mereka perbuat.” (HR. Al-Bukhari).

4. Jangan menangis dengan suara keras, meratapi maupun merobek-robek baju. Rasulullah bersabda, “Bukan golongan kami orang yang memukulmukul pipinya dan merobek-robek bajunya, dan menyerukan kepada seruan jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari).

5. Mohonkan ampun untuk jenazah setelah dikuburkan. Ibnu Umar pernah berkata, “Apabila selesai mengubur jenazah, Rasulullah berdiri di atasnya dan bersabda, “Mohonkan ampunan untuk saudaramu ini, dan mintakan kepada Allah agar ia diberi keteguhan, karena dia sekarang akan ditanya.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Hiburlah keluarga yang berduka dan berikan makanan untuk mereka. Rasulullah bersabda, “Buatkanlah makanan untuk keluarga, karena mereka sedang ditimpa sesuatu yang membuat mereka sibuk.” (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani)

7. Berdoa agar jenazah diampuni dosanya oleh Allah Swt dengan menshalatkannya.

8. Memberi nasihat kepada keluarga jenazah yang ditinggalkan untuk bersabar, tawakal serta meningkatkan ketakwaannya kepada Allah Swt.,

9. Memberi bantuan baik berupa uang atau yang lainnya yang dibutuhkan keluarga yang terkena musibah.


Tatacara Ziarah kubur

Ziarah kubur adalah salah satu ritual dalam islam yang mampu mengingatkan kita terhadap kematian dan meyakini bahwa usia manusia sangat terbatas akan menemui ajalnya. Hakikat Manusia tidak akan mungkin berlangsung abadi di dunia. Rasulullah sering mengajarkan untuk mengingat kematian serta melakukan ziarah untuk mengingatnya.

Ziarah kubur dalam islam adalah sesuatu yang diperbolehkan atau tidak dilarang. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam beberapa hadist yang menerangkan tentang ziarah kubur. Dalam hadist disampaikan bahwa ziarah kubur awalnya pernah dilarang namun kemudian Rasul memperbolehkan untuk mengambil hikmah dan pelajaran darinya. 

Adapun tatacara berziarah kubur sebagai berikut:

1. Memahami Tujuan Utama Berziarah Kubur

Ziarah kubur bertujuan untuk dapat mengambil pelajaran dan mengingat kematian. Tujuan utama ini harus senantiasa dipahami dan diingat oleh muslim yang hendak berziarah. Perlu diingat agar tidak terjerumus kepada tujuan-tujuan lain yang bisa menyesatkan ibadah dan aqidah atau melenceng dari keimanan terhadap Allah SWT.

Seperti dalam hadits Ibnu Mas’ud : “Karena di dalam ziarah terdapat pelajaran dan peringatan terhadap akhirat dan membuat zuhud terhadap dunia”.

2. Mengucapkan Salam Ketika Masuk

Ketika memasuki kuburan, maka Rasulullah mengajarkan untuk mengucapkan salam. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam hadist berikut.

3. Tidak Duduk dan Menginjak Atas Kuburan

Ketika memasuki kuburan Rasulullah memerintahkan agar tidak duduk di atasnya atau menginjak kuburan. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam hadist berikut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh jika salah seorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga membakar bajunya dan menembus kulitnya, itu lebih baik daripada duduk di atas kubur”

4. Mendoakan Mayit

Di dalam kuburan tentu boleh kita mendoakan mayit atau orang yang sudah meninggal, agar diberi kesalamatan dan juga diterima segala amal baik yang telah dilakukannya. Terutama bagi seorang anak, doa untuk keluarga atau orang tua nya yang sudah meninggal tentu menjadi sesuatu yang diharapkan. Doa anak shaleh adalah salah satu doa yang akan dikabulkan oleh Allah, sebagai hasil didik orang tua yang telah membesarkannya.

5. Tidak Berbicara Kasar atau Hal yang Bathil

Tidak baik jika di dalam kuburan berbicara hal yang bathil atau buruk. Untuk itu diperkenankan berbicara yang baik dan mendoakan mayit yang baik-baik saja. (nas)

Jumat, 01 Desember 2017

Memilih Surga atau Neraka


Khutbah Jum'at, 1 Desember 2017
Masjid Al-Muhajirin, Jl Jayapura Antapani
Imam/Khatib: H Iwan R Effendi

Jamaah shalat Jum'at Rahimakumullah

Ahamdulillah pada hari ini kita masih diberi nikmat untuk bersama-sama menjalankan ibadah bertemu dalam shalat jum’at berjama’ah. Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. semoga ketaqwaan ini bisa menyelamatkan kita dari api neraka dan memposisikan kita di dalam surga. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasllam, pernah bersabda dalam hadits-nya yang berbunyi:

إِنَّ الْجَنَّةَ حُفَّتْ بِالْمَكَارِهِ وَإِنَّ النَّارَ حُفَّتْ بِالشَّهَوَاتِ

“Sesungguhnya surga itu dikepung oleh segala kemakruhan (hal yang dinistakan agama) sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat (hal-hal yang menyenangkan manusia)” dan dalam haditsnya yang lain “ingatlah bahwa surga adalah sesuatu yang sulit di raih bagai berada di tempat yang tinggi. Sedangkan neraka adalah sesuatu yang mudah bagai berada di tanah yang rendah”

Bagi mereka yang menginginkan surga maka harus siap melawan berbagai kemakruhan. Yang dimaksud dengan kemakruhan adalah segala hal yang dianggap buruk dan dibenci oleh syariat agama Islam.

Begitu pula sebaliknya, posisi neraka dalam hadits di atas dikelilingi dengan berbagai kesenangan. Barang siapa yang kesehariannya selalu bersenang-senang tanpa mempedulikan aturan syariat, sungguh dia telah berada sangat dekat dengan neraka.

Apa yang disampaikan oleh Rasulullah dalam hadits ini sangatlah mudah difahami. Apalagi untuk orang dewasa. Namun, sayangnya seringkali pemahaman itu hanya berhenti sebagai pengetahuan dan tidak ditindak lanjuti sebagai amalan. Sehingga seringkali orang mengaku takut dengan api neraka serta siksa-siksa di dalamnya, tetapi masih saja bergelut dalam kesenangat syahwat yang terlarang. Begitu pula sebaliknya banyak orang yang mengaku merindukan surga, ingin segera bersanding dengan bidadari. Tetapi tidak senang dengan amal-amal saleh dan kebajikan-kebajikan anjuran agama.

Demikianlah Allah sengaja membuat pagar untuk surga sebagai ujian bagi mereka yang menginginkannya. Dan Allah perindah neraka dengan berbagai asesoris yang terbuat kesenangan-kesenangan sebagai cobaan manusia.

Perhatikan firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 21 sd 24 agar kita senantiasa mengimani Alquran, menghindari perbuatan musyrik dan agar terhindar dari siksa neraka

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ٢١

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa

ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ فِرَٰشٗا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءٗ وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزۡقٗا لَّكُمۡۖ فَلَا تَجۡعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٢٢

22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui

وَإِن كُنتُمۡ فِي رَيۡبٖ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّن مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٢٣

23. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar

فَإِن لَّمۡ تَفۡعَلُواْ وَلَن تَفۡعَلُواْ فَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِي وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُۖ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ ٢٤

24. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir

Kemudian dalam hadits selanjutnya Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, menggarisbawahi:

ألا إِنَّ الْجَنَّةَ حُزْنٌ بِرَبْوَةٍ اَلَا وَإِنَّ النَّارَ سَهْلٌ بِسَهْوَةٍ

“Bahwa surga adalah sesuatu yang sulit di raih bagai berada di tempat yang tinggi. Sedangkan neraka adalah sesuatu yang mudah bagai berada di tanah yang rendah”

Begitulah keadaan sebenarnya. Selanjutnya terserah pilihan pribadi kita masing-masing. Apakah kita menginginkan surga atau menyerahkan diri kepada neraka.

Tak dapat dipungkiri kini manusia sungguhlah amat lemah, disertai dengan kehidupan semakin kompleks. Pengetahuan agama semakin menipis, adapun kesempatan ibadah semakin menyusut. Kesibukan semakin mendesak, umur semakin berkurang dan melakukan amal ibadah terasa makin berat.

Yang diinginkan hanyalah segala yang serba cepat dan instan. Tidak ada usaha serius yang ada hanyalah ketergantungan yang semakin tinggi. Ketergantungan dengan gadget, dengan alat komunikasi, dengan mesin ATM dengan segala macam peralatan tehnologi. Hal ini semakin melemahkan manusia sebagai individu. 

Lebih parah lagi masih ada yang mencari agama lain, dengan dalih bahwa semua agama adalah sama. Jelas ini menjurus pada kekafiran. Perhatikan surat Ali Imran, ayat 83 berikut ini.

فَغَيْرَ دِينِ ٱللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُۥٓ أَسْلَمَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

Di sisi lain kesibukan kegiatan manusia luar biasa padatnya. Sehingga waktu yang ada hanya habis untu mengurus segala macam urusan. Sehingga kesempatan beribadah semakin sempigt bahkan lenyap. Shalat lima kali saja terkadang tidak terlaksana. Kalaupun terlaksana pengetahuan tentang ibadah itu sangat minim sekali. Pelajaran tentang agama hanya di dapat di sela-sela waktu bekerja. 

Maka yang tersisa hanya satu memohon kepada Allah swt agar dianugerahi taufiq dan hidayah. Semoga Allah swt melimpahkan cahaya untuk hambanya. Sebagaimana yang difirmankannya:

أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya.

Artinya, apapun yang terjadi ketika Allah swt telah menghendaki untuk memberikan hidayah-Nya kepada seorang hamba, maka tidak ada satupun masalah yang tersisa. Kemudian seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. Bagaimanakah tanda seseorang memperoleh cahaya hidayah-Nya? Rasulullah saw menjawab:

التَّجَافَى عَنْ دَارِ الْغُرُوْرِ وَالْإنَابَةِ الَى دَارِ اْلخُلُوْدِ وَالاِسْتِعْدَادِ لِلمَوْتِ قَبْلَ نُزُوْلِ الْمَوْتِ

Hamba itu (yang memperoleh hidayah) akan undur diri dari urusan dunia, menekuni urusan akhirat, dan mempersiapkan diri seolah ajal akan segera datang.

Apakah ada dalam diri kita tanda-tanda memperoleh hidayah-Nya? Marilah kita raba diri kita masing-masing. Jadilah orang cerdas, karena orang cerdas tak hanya selalu mengingat pada kematian, tapi juga adalah mampu mengendalikan hawa nafsunya.
Demikian khutbah jum’ah kali ini semoga bermanfaat untuk saya  selaku khatib dan jama’ah pada umumnya. (nas)

Ust. Roni: "Ada Apa Negeri Berkekayaan Alam Melimpah Ruah, tapi Kesulitan Ekonomi Kian Menggurita."

Ketua DKM Al-Muhajirin yang baru: Ir. A. Hasan Munawar Catatan Redaksi: Pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1445 H di Masjid Al-Muhajirin RW-10 An...