DKM Al-Muhajirin RW-10 Kelurahan Antapani Kidul, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, mengemban amanah menjalin Ukhuwah Islamiah, Menempa Aqidah, Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Senin, 11 Juni 2018
Beda pendapat guru dan murid soal rezeki
Imam Malik, guru Imam Safii dalam majlis menyampaikan, sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan memberikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya.
Imam Syafii, sang murid berpendapat lain. Seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki.
Guru dan murid bersikukuh pada pada pendapatnya.
Suatu saat tengah meninggalkan pondok, Imam Syafii melihat serombongan orang tengah memanen anggur. Diapun membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafii memperoleh imbalan beberapa ikat anggur sebagai balas jasa.
Imam Syafii girang, bukan karena mendapatkan anggur, tetapi pemberian itu telah menguatkan pendapatnya. Jika burung tak terbang dari sangkar, bagaimana ia akan mendapat rezeki.
Seandainya dia tak membantu memanen, niscaya tidak akan mendapatkan anggur.
Bergegas dia menjumpai Imam Malik sang guru. Sambil menaruh seluruh anggur yang didapatnya, dia bercerita.
Imam Syafii sedikit mengeraskan bagian kalimat “seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”
Mendengar itu Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan mencicipinya. Imam Malik berucap pelan.
“Sehari ini aku memang tidak keluar pondok. Hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berpikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur.
Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab. Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”
Guru dan murid itu kemudian tertawa. Dua Imam madzab mengambil dua hukum yang berbeda dari hadits yang sama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Shalat Idul Adha di Lapangan Masjid Al-Muhajirin
Ust. Roni Abdul Fatah tengah menyampaikan khutbah Idul Adha di Pelataran Masjid Al-Muhajirin RW-10 Antapani Kidul Ketua Panitia Idul Adha,...
-
Assalamu’alaikum Warohatullahi Wabarokatuh Jamaah Al Muhajirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa ta'ala... Mengapa kita harus berkurban?...
-
Ust. Roni Abdul Fatah tengah menyampaikan khutbah Idul Adha di Pelataran Masjid Al-Muhajirin RW-10 Antapani Kidul Ketua Panitia Idul Adha,...
-
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Adab islami sebelum ti...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar